Pentingnya Firman Tertulis (Jelajah PB 1035)

Yudas 1:3-4

Ketika Yudas mengingat mengenai pengajaran tentang keselamatan, maka ia terdorong untuk menuliskan surat ini. Sepertinya Roh Kudus telah mendorong Yudas untuk menuliskan nasihat atau firman Tuhan ini. Tulisan menjadi pengajaran yang bertahan lama, bahkan sampai saat ini. Hal ini jelas berbeda dengan pengajaran yang disampaikan secara lisan, yang mudah sekali untuk dilupakan dan sulit untuk diteruskan ke generasi berikutnya.

Tentu pada saat itu, para rasul, penginjil dan para guru telah mengajarkan banyak hal kepada jemaat. Mereka memberitakan Injil dan berkhotbah di mana-mana, menjelajah berbagai tempat. Tetapi pengajaran dan khotbah mereka tidak bisa kita ketahui pada masa ini. Karena itu, maka Tuhan menggerakkan serta mendorong mereka untuk menuliskan pengajaran yang telah didapat dari Tuhan. Kebenaran yang bersifat jangka panjang, diajarkan dalam bentuk tertulis.

Setiap orang percaya harus tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan. Yudas mengetahui bahwa pada waktu itu banyak pengajaran sesat yang beredar. Karena itu dia perlu memberi kekuatan dan nasihat kepada saudara seiman. Yudas juga menyebut orang percaya sebagai orang-orang kudus.

Yudas juga memberitahukan dengan jelas bahwa ada orang-orang tertentu yang telah masuk dan menyelundup di tengah-tengah jemaat. Ada penyesat yang masuk ke dalam kekristenan. Di awal kekristenan saja sudah terjadi penyesatan, masih sangat awal dan para rasul masih ada. Paulus sendiri juga mengatakan di surat Galatia, bahwa di kota Galatia ada orang yang memberitakan injil lain.

Jika hari ini kita menganggap bahwa semua gereja sama, sebenarnya tidak tepat. Tidak semua yang menyebut nama Tuhan atau Yesus, mereka mengajarkan kebenaran. Sejak tahun 60-an Masehi, pengajaran sesat sudah masuk ke dalam jemaat. Apalagi saat ini, pengajaran sesat akan lebih sulit untuk dideteksi. Pengajaran sesat ada di mana-mana, mengajarkan hal yang bertentangan dengan Injil Yesus Kristus. Pertentangannya hampir tidak kelihatan, sehingga bisa dianggap sama dengan Injil yang sebenarnya.

Kita juga perlu berhati-hati dengan orang-orang dari agama lain yang menjadi Kristen. Mereka seharusnya belajar terlebih dulu, bukan malah mengajar. Seringkali mereka pertama kali diajak oleh hamba Tuhan untuk bersaksi ke berbagai tempat. Setelah beberapa kali bersaksi, maka orang tersebut sudah mulai berkhotbah dengan menggunakan ayat-ayat Alkitab. Mereka akan mencampuradukkan pengajaran dan kebiasaan dari agama sebelumnya dengan agama Kristen. Hasilnya adalah kekacauan pengajaran.

Bukan hanya dari agama lain, tetapi juga dari kepercayaan lain. Jika ada seorang dukun yang menjadi Kristen, mereka bisa bersaksi apa saja. Kesaksian mereka pasti tidak jauh dari perdukunan dan okultisme. Jika mereka tidak diajar dengan benar, maka mereka akan membawa pengajaran Kristen yang dicampur dengan hal-hal mistik. Akhirnya pengajaran kekristenan tidak lagi diajarkan dengan akal budi, tetapi dengan perasaan dan hal-hal yang mistis.

Views: 13

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top