1 Yohanes 3:12-13
Yohanes mengingatkan supaya kita saling mengasihi. Yohanes juga mengingatkan cerita Kain, yang tidak mengasihi dan berasal dari si jahat. Kain telah membunuh adiknya. Alasan kain membunuh adiknya karena segala perbuatan Kain jahat, sedangkan perbuatan adiknya, Habel itu benar. Habel telah mempersembahkan domba, sesuai dengan perintah Tuhan. Tuhan telah mengajarkan supaya manusia melakukan ibadah simbolik sederhana tersebut untuk menggambarkan Sang Juruselamat yang akan datang.
Juruselamat atau Anak Domba dari Tuhan itu akan datang dan dibunuh di kayu salib. Sebelum Sang Juruselamat itu datang ke dunia, maka ibadah simbolik digunakan untuk menggambarkan Sang Juruselamat. Ibadah simbolik sederhana dilakukan dengan cara meletakkan domba atau kambing korban di atas mezbah, disembelih dan dibakar. Semua itu adalah simbol untuk Yesus Kristus. Tetapi Kain tidak mau menggunakan aturan itu. Ia memilih untuk menggunakan hasil tanaman.
Karena perbuatannya tidak benar, sedangkan perbuatan adiknya benar, justru Kain yang tersinggung. Setelah itu Kain menggunakan kekerasan, dengan cara membunuh adiknya. Di dunia ini, semua pengajaran yang salah dan sesat, akan sangat mudah menggunakan kekerasan. Hal ini sudah terjadi dalam sejarah dan akan terus berlangsung sampai kesudahan dunia ini. Orang-orang itu tidak melakukan kekerasan secara langsung. Mereka bisa menggunakan tangan pemerintah untuk melakukan kekerasan. Mereka membuat undang-undang atau peraturan yang tidak adil, sehingga bisa memiliki kewenangan legal untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain.
Kita bisa melihat bahwa pengajaran yang salah secara agama selalu ingin bergandengan dengan pemerintah. Di dalam Alkitab, firman Tuhan jelas menegaskan supaya orang-orang Kristen bisa memisahkan diri dari perkara rohani dengan perkara politik, memisahkan kepentingan gereja dengan negara. Sebagai warga negara, kita patut untuk tunduk kepada pemerintah. Sebagai gereja dalam bentuk institusi atau organisasi, kita juga perlu mentaati aturan dan undang-undang yang berlaku. Tetapi gereja tidak boleh mengurus pemerintahan, tidak boleh ikut politik praktis.
Apa yang menjadi hak bagi kaisar, maka diberikan kewenangan kepada kaisar. Apa yang menjadi hak Tuhan, maka kita patut memberikannya kepada Tuhan. Di Perjanjian Lama, Israel adalah sebuah bangsa yang memang mengurus soal politik kebangsaan. Tetapi mulai Perjanjian Baru, Tuhan Yesus menginginkan keterpisahan antara gereja dengan negara. Yesus hadir sebagai Mesias, bukan untuk membebaskan Israel dari penjajahan Romawi secara fisik, tetapi ingin membebaskan manusia dari belenggu dosa (secara rohani).
Jika pengajaran kita benar, maka jangan sampai kita menggunakan tangan atau hak pemerintah untuk membuat ketidakadilan. Di dalam sejarah tercatat ada masa yang disebut inkuisisi. Pada waktu itu gereja Roma Katolik melakukan inkuisisi, menggunakan tangan pemerintah untuk membinasakan orang-orang yang dianggap sesat atau bidat oleh mereka. Pada akhirnya kita tidak perlu heran, jika dunia membenci kita sebagai orang percaya, karena kita berlaku berbeda dengan mereka. Sebagai orang percaya, kita tentu tidak mau ikut model berpakaian orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, tidak ikut model rambut mereka, serta tidak ikut perilaku mereka yang jelas-jelas berbeda atau bertentangan dengan firman Tuhan.
Views: 19