Yakobus 1:2-8
Surat ini ditujukan kepada mereka yang sedang menghadapi penganiayaan dan pencobaan. Mereka dinasihati supaya tetap dalam kondisi bahagia ketika mereka masuk dalam berbagai macam pencobaan, terutama mereka yang merantau, keluar dari Yerusalem. Pencobaan itu secara positif dilihat sebagai ujian. Ujian terhadap iman itu akan menghasilkan ketekunan. Hal ini juga cocok bagi kita pada saat ini. Jika hari-hari ini kita mengalami pencobaan, maka kita harus melihatnya secara positif, yaitu ujian. Ujian itu seharusnya mendatangkan ketekunan bagi kita. Kita tidak boleh putus asa. Kita harus tetap bahagia dan menang atas pencobaan itu. Kita tetap bertekun sambil terus memandang kepada Tuhan.
Jika kita sudah tekun ketika menghadapi pencobaan, maka ketekunan itu akan memperoleh buah yang matang. Pada akhirnya diharapkan kita menjadi sempurna dan utuh, tidak kekurangan suatu apapun. Jika kita sudah tekun, maka buahnya adalah pemberian dari Tuhan. Di ayat 12 disebutkan bahwa Tuhan menjanjikan mahkota kehidupan kepada siapa saja yang mengasihi Dia. Jika kita merasa kurang hikmat, maka kita meminta hikmat itu kepada Tuhan. Tidak ada orang di dunia ini yang memiliki kelebihan hikmat. Karena itu, kita seharusnya meminta terus kepada Tuhan, sehingga bisa menjalani kehidupan ini dengan penuh hikmat dari Tuhan.
Di antara banyak hal dalam hidup ini, yang paling layak dan paling baik untuk kita minta adalah supaya Tuhan mencurahkan hikmatnya bagi kita. Hikmat diperlukan supaya kita bijaksana dalam menjalani hidup ini. Hikmat juga diperlukan untuk mengerti firman Tuhan serta bisa membagikannya kepada banyak orang. Jika kita mendapatkan hikmat dari Tuhan, maka segala hal yang lain yang kita perlukan, akan ditambahkan oleh Tuhan kepada kita. Tuhan akan memberikan hikmat itu dengan murah hati. Jika kita berdoa, jangan lupa untuk meminta hikmat, karena itu sangat penting bagi kita. Di dalam kitab Amsal sering dikatakan bahwa hikmat itu sangat diperlukan, menjadi penuntun bagi hidup kita. Salah satu sebab Salomo sangat dikasihi Tuhan, ketika ia memilih untuk meminta hikmat daripada meminta hal yang lain.
Kita perlu meminta hikmat itu dalam iman, dalam keyakinan kita. Permintaan itu harus dilakukan dengan yakin, tidak dengan kebimbangan. Jika kita sendiri bimbang, maka sebenarnya kita tidak perlu meminta, karena kita sedang dalam kondisi tidak percaya dengan apa yang sedang kita minta atau tidak percaya kepada Tuhan. Tuhan sudah memberikan janji kepada kita, sehingga kita patut untuk memintanya. Orang yang bimbang tidak memiliki ketenangan. Orang tersebut bagaikan terombang-ambing kian kemari oleh angin. Orang yang seperti itu tidak akan menerima apapun dari Tuhan. Orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.
Siapapun yang meminta dengan bimbang, sama saja sedang meragukan sang pemberi atau orang yang diminta. Tetapi ketika kita meminta pun tidak perlu memaksa. Meminta artinya menyatakan keinginan kita atau keperluan kita, supaya Tuhan memberikan. Jika Tuhan mengabulkan permintaan kita, kita patut mengucap syukur atas semua itu. Jika permohonan kita tidak dikabulkan oleh Tuhan, maka kita juga perlu berpikir positif bahwa Tuhan maha tahu. Ia mengerti dengan jelas apa yang menjadi keperluan kita.
Views: 26