Ibrani 13:9-16
Masih banyak sekali ajaran-ajaran sesat yang menyangkut tentang Tuhan Yesus yang tidak berubah. Ajaran yang baik akan mengakibatkan hati yang diperkuat dengan kasih karunia, bukan dengan berbagai makanan yang tidak memberi faedah kepada mereka yang menuruti aturan-aturan tentang makanan tertentu. Pada saat itu, yang dihadapi oleh orang Kristen adalah pencampuran antara kekristenan dengan Yudaisme. Agama Yudaisme memiliki aturan tentang makanan, tidak bebas untuk makan apa saja. Padahal ketika Mesias datang ke dunia, maka semua hal yang menyimbolkan-Nya sudah selesai.
Sejak masuk dalam ibadah hakikat, maka tidak ada lagi makanan yang menyebabkan seseorang tidak kudus. Yang diutamakan pada saat ini bukan lagi kekudusan badan, tetapi kekudusan hati. Kekudusan hati kita juga tidak dipengaruhi oleh makanan. Yesus sendiri sudah mengatakan bahwa tidak ada makanan yang menajiskan orang. Makanan hanya akan masuk ke perut dan berakhir di pembuangan. Di Perjanjian Lama ada aturan tentang makanan, karena memang untuk ibadah simbolik. Saat ini tidak ada makanan yang membuat orang menjadi najis atau menjadi kudus.
Paulus ingin menyamakan korban penghapusan dosa itu dengan Tuhan Yesus. Korban itu dibakar di luar kemah dan Tuhan Yesus juga disalibkan di luar pintu gerbang Yerusalem, di Golgota. Jika para imam di Perjanjian Lama menggunakan darah binatang untuk menguduskan umat Israel pada waktu itu, maka Tuhan Yesus membawa darah-Nya sendiri untuk menguduskan umat-Nya. Tuhan Yesus sendiri adalah hakikat dari simbol domba yang dikorbankan di Perjanjian Lama. Sejak Yohanes Pembaptis menunjuk kepada Tuhan Yesus, bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Domba Allah. Dialah hakikat dari simbol Perjanjian Lama. Karena itu, di dalam Lukas 24:44 Tuhan Yesus mengatakan bahwa seluruh kitab Perjanjian Lama menulis tentang Dia.
Jika kita ingin menjalin persekutuan dengan Tuhan, maka kita harus datang kepada-Nya, di luar Bait Suci. Ia telah menderita di luar perkemahan dan kita juga harus rela menderita bersama dengan Dia. Sepertinya surat Ibrani ini ditulis oleh Paulus pada saat ia sedang menanggung penderitaan dan kehinaan karena Kristus. Orang percaya tidak memiliki tempat tinggal yang tetap di dunia ini. Kota-kota di dunia ini tidak memiliki dasar yang kuat. Nanti kita akan masuk pada kota yang permanen, yang memiliki dasar yang kokoh, yaitu Yerusalem Baru. Ini adalah kota yang Tuhan janjikan bagi kita.
Kita harus bersyukur kepada Tuhan karena telah disediakan berbagai macam hal yang sangat baik dan indah. Dari mulut kita seharusnya selalu keluar kata-kata yang memuliakan nama-Nya. Kata-kata itu muncul dari dalam hati yang tulus dan bersukacita. Dengan cara seperti itulah kita menyenangkan hati Tuhan. Kita juga perlu mengendalikan perkataan kita, jangan sampai yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata yang mencemarkan nama-Nya. Selain itu kita juga tidak boleh lupa untuk berbuat baik dan memberi bantuan. Hal-hal seperti itu berkenan di hadapan Tuhan, jika kita lakukan dengan tulus dan penuh sukacita.
Kita juga perlu berhati-hati, karena kita diajar untuk berbuat baik, seringkali ada saja orang-orang jahat atau penipu yang ingin memanfaatkan kebaikan kita. Kita bisa menyalurkan kebaikan hati kita pada tempat-tempat yang lebih tepat, seperti panti asuhan, panti jompo, atau yayasan pendidikan bagi orang-orang yang tidak mampu. Kita tahu siapa yang patut untuk dibantu atau ditolong.
Views: 34