Gembala Bukan Imam (Jelajah PB 864)

2 Timotius 1:6-7

Timotius telah ditahbiskan sebagai gembala jemaat di Efesus. Karena kedekatannya dengan Paulus, maka ia memiliki pengetahuan yang lebih daripada gembala jemaat yang lain. Timotius telah menerima banyak pengajaran dari rasul Paulus. Untuk menjadi gembala jemaat di Efesus, diperlukan orang yang betul-betul mengerti pengajaran firman Tuhan. Timotius tidak hanya mengajar jemaat, tetapi juga mengajar orang-orang yang nanti mau diutus untuk memberitakan Injil dan menjadi gembala jemaat di kota-kota lain. Timotius adalah orang yang dilihat oleh rasul Paulus sebagai orang yang tulus dalam melayani, giat dalam menerima pengajaran dan telah dinubuatkan untuk ditahbiskan menjadi gembala jemaat. Rasul Paulus memberi semangat kepada Timotius untuk terus mengobarkan karunia Tuhan yang ada padanya.

Paulus tahu bahwa Timotius mendapatkan karunia yang cukup sebagai gembala dan pemberita Injil. Paulus tidak ingin Timotius memendam karunia tersebut. Penumpangan tangan yang dilakukan ini bukan penumpangan tangan untuk memberkati. Penumpangan tangan itu adalah tanda setuju atau mendukung (penahbisan) Timotius menjadi gembala jemaat di Efesus. Pemberkatan itu adalah tugas imam pada saat masih zaman Perjanjian Lama.

Jika kita melihat dan membaca kembali kisah di dalam Alkitab, sejak zaman Adam sampai hukum Taurat diturunkan, seorang ayah berfungsi sebagai imam. Karena itu, kita mendapati bahwa pada zaman itu, seorang ayah atau kakek akan menumpangkan tangan dan memberkati anak (laki-laki) atau cucunya. Kita membaca bahwa Abraham memberkati Ishak, Ishak memberkati Yakub dan Esau, Yakub memberkati anak-anaknya, dst. Sejak hukum Taurat diturunkan sampai tampilnya Yohanes, maka imam besar yang berhak untuk memberkati umat. Keimamatan seorang ayah diganti dengan keimamatan Harun. Harun dan keturunannya menjadi imam (besar). Sejak Yohanes Pembaptis memperkenalkan Yesus sebagai imam besar (Mesias), maka keimamatan Harun diganti dengan keimamatan orang percaya. Kita yang sudah bertobat dan lahir baru, kita adalah imam atas diri kita sendiri. Kita bertanggungjawab atas diri sendiri. Kita tidak bisa lagi menjadi imam bagi orang lain.

Konsep mengenai ayah sebagai imam di dalam keluarga, itu bukan konsep yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Itu adalah konsep Perjanjian Lama dan sekarang dipakai oleh agama lain. Saat ini, seorang ayah bukan sebagai imam dalam keluarga, tetapi berfungsi sebagai kepala keluarga. Tidak ada pemimpin Kristen yang ditahbiskan sebagai imam. Pemimpin Kristen harusnya ditahbiskan sebagai gembala jemaat, jika ia harus memimpin sebuah gereja lokal. Kita adalah imam atas diri kita sendiri dan Yesus Kristus sebagai Imam Besarnya.

Tuhan telah memberikan kepada kita, bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Sejak kita bertobat dan percaya kepada Yesus, kita menerima Roh Kudus dalam hati dan hidup kita. Itu yang dikatakan dalam Efesus 1:13, “Di dalam Dia kamu juga – karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimateraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.” Kita langsung mendapatkan Roh Kudus tanpa melalui orang lain atau melalui penumpangan tangan pemimpin rohani. Tidak seorang pun berhak untuk memberikan Roh Kudus kepada orang lain. Roh Kudus adalah Pribadi Tuhan yang patut kita hormati. Dia bekerja sesuai dengan kehendak-Nya di dalam diri kita.

Views: 30

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top