1 Timotius 3:6-7
Mungkin kita pernah bertemu atau diajar oleh orang-orang yang baru saja masuk Kristen. Mereka diajak dan diberi kesempatan untuk bersaksi ke mana-mana. Mereka menceritakan apa yang sudah mereka alami, termasuk latar belakang mereka sebelum menjadi Kristen. Orang seperti ini tidak akan mungkin bisa mengajarkan kekristenan yang benar. Mereka akan membawa pengajaran mereka yang lama untuk dicampuradukkan dengan pengajaran Kristen. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang menjelek-jelekkan sekolah teologi atau sekolah Alkitab. Mereka merasa sudah mengerti Alkitab, sehingga tidak perlu lagi belajar Alkitab. Mereka terjebak untuk menafsirkan Alkitab sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Inilah yang mengakibatkan pengajaran Kristen menjadi kacau balau dan bercampur aduk.
Jika ada mantan dukun yang menjadi Kristen, perhatikanlah dengan baik apa yang mereka ajarkan. Dia pasti akan mengajarkan hal-hal yang mistis, karena itu memang dunianya dulu. Itulah hal yang ia kenal, yang kemudian disambungkan atau dikaitkan dengan kekristenan. Jika ada orang yang dulu memiliki agama yang mementingkan bahasa-bahasa tertentu, maka orang tersebut pun akan sulit meninggalkan kebiasaan yang lama. Mereka akan menganggap bahwa bahasa tertentu menjadi bahasa Surgawi. Semakin seseorang mahir berbahasa tertentu, semakin rohanilah dia.
Mereka melakukan itu semua karena ada kesempatan untuk mengajar, tetapi belum sempat untuk belajar serius tentang kekristenan. Inilah yang disampaikan oleh Paulus, supaya jangan sampai ada orang yang baru bertobat, mereka mengajar atau menjadi pemimpin dalam jemaat. Pengajarannya pasti tidak sesuai dengan inti dari kebenaran firman Tuhan.
Hari-hari ini muncul orang-orang yang lebih mementingkan bahasa tertentu yang menurut mereka menjadi gambaran kerohanian mereka. Bahkan, tanpa kita sadar bahwa salam saja diberi agama. Dulu orang Kristen tidak pernah menggunakan salam dengan menggunakan bahasa Ibrani, seperti “syalom.” Tetapi sekarang, orang Kristen berlomba-lomba untuk menggunakan salam Ibrani ini. Bahkan ada yang menjadikannya sebagai yel-yel, bukan sebagai salam. Perhatikan juga jika Presiden atau pejabat pemerintahan memberikan salam pada saat ini, terlalu rumit. Setiap salam sepertinya memiliki agamanya atau mewakili agama masing-masing. Padahal, kita sendiri sebagai orang Indonesia memiliki salam yang sederhana. Cukup kita mengucapkan “selamat pagi” atau “selamat siang” atau “selamat malam.”
Seorang gembala jemaat juga diharuskan untuk memiliki nama baik di luar jemaat. Paulus sendiri sudah memberitahu Timotius bahwa di antara orang berdosa, ialah yang paling berdosa. Paulus adalah orang yang pernah menganiaya jemaat dan dia tahu serta sadar tentang hal itu. Dia tidak pernah bersaksi dan membangga-banggakan apa yang telah ia perbuat sebelumnya. Orang yang bangga terhadap kehidupan lamanya yang masih dalam dosa, maka sesungguhnya ia belum bertobat. Seharusnya perbuatan itu adalah perbuatan memalukan yang tidak perlu diingat atau dipamerkan.
Karena kesombongan, maka Tuhan memberikan izin kepada Iblis untuk menghukum atau menghajar orang tersebut, supaya mereka jatuh ke dalam jerat Iblis. Jika orang tersebut semakin jauh dari kebenaran, maka ia akan benar-benar masuk ke dalam jerat Iblis dan tidak akan mudah untuk melepaskannya. Orang-orang seperti ini akan tetap menggunakan nama Yesus dalam setiap pengajaran dan praktik pelayanannya. Orang seperti ini juga tidak akan jauh dari gereja. Mereka akan melakukan aksinya di dalam gereja, bersama-sama dengan orang percaya. Kita harus ingat akan perkataan Yesus, bahkan ia pun akan bisa menyesatkan orang-orang pilihan juga.
Views: 22