Nasihat Paulus (Jelajah PB 821)

1 Tesalonika 5:15-19

Nasihat berikutnya, Paulus berkata supaya jangan ada orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Kita tidak diperbolehkan untuk membalas dendam, karena tidak akan pernah habis. Jika kita melakukan balas dendam, justru akan menambah kemarahan dan permusuhan. Balas dendam bisa terjadi sampai turun temurun. Karena itu, kejahatan seharusnya dibalas dengan kebaikan, sehingga rantai dendam itu bisa terputus dan tidak berlanjut terus. Yang perlu diusahakan adalah melakukan perbuatan baik, kepada semua orang, terutama kepada sesama anggota jemaat. Tidak ada keuntungan sama sekali untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Justru akan membuat kerugian sangat besar.

Jika kita melakukan semua nasihat yang telah disampaikan, maka kita akan hidup dengan penuh sukacita. Paulus memerintahkan jemaat di Tesalonika dan kita semua untuk bersukacita. Sukacita bukan hanya soal suasana hati. Sukacita bisa diusahakan dan diputuskan. Apapun yang terjadi dalam hidup ini, sekalipun itu menyedihkan atau menyakitkan, tetapi jika kita memutuskan untuk bersukacita, maka kita pun akan bersukacita. Dalam sukacita itu kita bisa berdoa kepada Tuhan. Doa yang didasarkan pada sukacita, akan melimpah dengan syukur. Doa yang disampaikan tanpa dasar sukacita, yang terjadi justru sungut-sungut. Mengucap syukur adalah hal yang dikehendaki oleh Tuhan di dalam Yesus Kristus.

Tiga hal di atas saling berkaitan, yaitu doa, sukacita dan ucapan syukur. Doa yang baik yang bisa kita sampaikan kepada Tuhan, bukan hanya permintaan atau permohonan saja, tetapi ucapan syukur. Isi dari doa seseorang yang mengucap syukur akan berbeda dengan isi doa dari orang yang tidak bisa mengucap syukur. Bahkan seringkali kita mendengar ada yang berdoa sambil mengutuk. Hal-hal semacam ini yang perlu kita hindari. Doa sambil mengutuk tidak akan membuat kita bersukacita. Doa semacam itu adalah doa yang penuh kebencian. Beberapa orang yang tidak sadar, mereka akan mendoakan hal-hal jelek bagi orang lain.

Selanjutnya, Paulus menasihati supaya kita tidak memadamkan Roh. Roh yang dimaksud di sini adalah Roh Kudus. Kita bisa memadamkan Roh jika kita melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Kita harus ingat bahwa ketika kita bertobat dan percaya kepada Yesus, maka Roh Kudus masuk ke dalam hati kita dan termaterai di dalamnya. Kita mendapatkan hati dan posisi yang kudus, karena Yesus telah bersedia untuk berganti posisi dengan kita. Jika kita sadar bahwa di dalam diri kita ada Roh Kudus, seharusnya kita tidak mendukakan Roh Kudus. Roh Kudus di dalam hati kita untuk membuat hati kita peka, untuk melakukan firman Tuhan. Tetapi jika kita memutuskan untuk melakukan banyak hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, maka kita telah sengaja memadamkan Roh. Roh Kudus akan undur dari diri kita dan kita akan menjadi orang bebal, karena tidak peka lagi terhadap firman Tuhan. Ujung-ujungnya, inilah yang disebut dengan menghujat Roh Kudus.

Penting bagi kita untuk membangun karakter yang kudus. Orang yang sudah bertobat dan percaya kepada Yesus sekali waktu bisa jatuh ke dalam dosa. Ketika kita jatuh, seharusnya kita sadar dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Tetapi kalau kita tahu bahwa itu dosa, dan kita tetap sengaja melakukannya, maka itu sama artinya dengan kita mengesampingkan kehadiran Roh Kudus. Kita menganggap Roh Kudus tidak ada di dalam hati kita, sehingga kita mudah saja untuk berbuat dosa. Hal itu sangat mendukakan Roh Kudus.

Views: 15

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top