Ketulusan Pelayanan (Jelajah PB 808)

1 Tesalonika 2:1-4

Jemaat Tesalonika telah menjadi saksi. Iman mereka telah tersebar sampai ke mana-mana, bahkan sampai ke Makedonia dan Akhaya. Jemaat Tesalonika dikenal sebagai pengikut Kristus yang kuat dalam iman. Paulus sangat senang ketika mendengar bahwa jemaat di Tesalonika memiliki iman dan kuat serta perilaku yang baik. Sepertinya di Tesalonika ada orang-orang yang menghasut mereka, yang berkata bahwa Paulus ingin datang ke situ dengan maksud untuk memperdaya orang Tesalonika, dengan maksud mencari keuntungan materi. Karena itu Paulus menuliskan bahwa kedatangannya di antara jemaat di Tesalonika tidak sia-sia.

Rasul Paulus dan Silas telah dipukul sampai babak belur serta dimasukkan ke dalam penjara, pada saat mereka berada di Filipi. Melalui peristiwa itu, kepala penjara di Filipi telah diselamatkan. Memberitakan Injil pada waktu itu sangat berat dan penuh tantangan. Dalam kondisi yang belum pulih, Paulus telah melakukan perjalanan untuk pemberitaan Injil ke kota lain. Paulus melakukan semuanya itu tanpa berharap untuk mendapatkan keuntungan secara materi. Meskipun demikian, ada saja orang yang mencurigai kedatangan Paulus. Ada saja orang-orang yang menganggap Paulus sedang mencari keuntungan. Hal ini juga menjadi perhatian bagi kita, khususny apara pemberita Injil, untuk melihat kembali ketulusan hati kita dalam melayani dan memberitakan Injil di manapun kita berada.

Paulus sampai di Tesalonika dengan perjuangan yang cukup berat. Paulus perlu waktu perjalanan sekitar lima hari, dari Filipi ke Tesalonika, dengan kondisi tubuh yang belum pulih karena telah dipukuli oleh banyak orang. Inilah yang disebut perjuangan berat untuk memberitakan Injil kepada orang di Tesalonika. Semuanya itu bisa dilalui karena pertolongan Tuhan kepada Paulus. Nasihat Paulus tidak lahir dari kesesatan. Sesat atau tidak sebuah pengajaran, sebenarnya bisa dibuktikan. Saat ini ada dua hal yang Tuhan berikan kepada kita untuk membedakan antara ajaran sesat atau tidak, yaitu Alkitab dan akal sehat manusia. Pada waktu zaman Paulus juga demikian, ada Alkitab Perjanjian Lama dan akal sehat. Paulus selalu memakai atau mengutip kitab Perjanjian Lama sebagai firman tertulis dan mengolahnya dengan akal sehat yang telah Tuhan berikan kepadanya.

Saat memberitakan Injil, kita harus memiliki maksud yang murni dan tidak disertai dengan tipu daya.  Kita harus terus belajar untuk melayani Tuhan dengan setulus-tulusnya, tanpa ada keinginan yang tersembunyi. Supaya para pelayan Tuhan bisa melayani dengan tulus, maka jemaat Tuhan perlu memperhatikan pelayan Tuhan tersebut. Ada jemaat yang menuntut ketulusan dari hamba Tuhan tanpa memperhatikan kehidupan mereka. Akhirnya hidupnya menjadi tidak seimbang. Hal-hal semacam itu yang membuat ketulusan pelayanan hamba Tuhan menjadi luntur. Dalam hal ini, sebenarnya Tuhan telah mengatur keseimbangan. Barangsiapa telah menerima harta rohani, dia harus memberikan harta materinya.

Tuhan telah mempercayakan Injil kepada Paulus. Karena itulah, Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya berbicara bukan untuk menyukakan manusia, tetapi untuk menyukakan Tuhan yang telah menguji hati mereka. Pemberita Injil seharusnya terus menjaga integritas, apapun yang terjadi. Kita tidak boleh merendahkan martabat sendiri, karena status kita adalah pelayan Tuhan yang bertugas untuk menyampaikan firman Tuhan.

Views: 18

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top