Hati-Hati Dengan Perkataan (Jelajah PB 811)

1 Tesalonika 2:14-20

Jemaat di Tesalonika telah mengikut jejak jemaat-jemaat di Yudea. Ketika jemaat di Yudea menderita karena teraniaya, jemaat di Tesalonika juga ikut menderita. Jemaat di Tesalonika mengikuti teladan dan hidup seperti jemaat di Yudea yang menderita. Orang-orang Yahudi telah membunuh Yesus dan para nabi, juga menganiaya para rasul. Orang-orang Yahudi yang seharusnya menegakkan kebenaran, justru telah menganiaya dan membunuh Yesus, yang adalah Mesias yang sebenarnya dinanti-nantikan oleh mereka sejak dulu kala.

Pengajaran sesat biasanya disertai dengan kekerasan dan ancaman. Kebenaran selalu menjunjung tinggi akal sehat dan kebebasan berpikir. Suatu saat kita akan melihat bahwa ajaran-ajaran sesat akan menggunakan kekerasan, bahkan menggunakan tangan pemerintah atau memakai berbagai macam aturan, supaya tidak ada yang bisa menentangnya. Sesungguhnya, kebenaran hanya bisa diperoleh melalui pikiran yang logis dan kebebasan berpendapat. Tuhan memberikan firman dan akal sehat, supaya kita bisa berpikir dan merenungkan firman tersebut, dan akhirnya kita mendapatkan kebenaran. Orang Yahudi justru membungkam kebenaran dengan kekerasan. Orang Yahudi juga telah menghalangi pemberitaan firman yang disampaikan kepada bangsa lain.

Orang Yahudi terus menerus menambah dosa sampai genap jumlahnya. Pada saat itu murka besar telah menimpa mereka. Ketika mereka menyalibkan Tuhan Yesus, mereka telah mengucapkan kalimat yang sangat berbahaya bagi mereka sendiri, yaitu “biarlah darah-Nya ditanggungkan kepada anak cucu kami.” Karena itulah, berabad-abad mereka mengalami kesusahan dan penganiayaan. Sekitar lima juta orang Yahudi pernah dibunuh oleh Hitler. Dari hal ini, kita perlu belajar untuk berhati-hati dalam berbicara. Jika kita tidak menyadari hal tersebut, kita bisa membuat anak cucu kita menderita, karena perkataan kita. Mesias mereka datang, tetapi mereka tidak mau menyambut-Nya. Mesias itu justru ditolak dan dibunuh oleh mereka.

Paulus ingin kembali ke Tesalonika. Tetapi orang-orang Yahudi di Tesalonika yang iri hati, tidak membiarkan Paulus kembali ke sana. Mereka memakai kekerasan untuk menentang Paulus. Paulus selalu ingin datang kembali untuk bertemu dengan jemaat di Tesalonika, tetapi Iblis telah mencegahnya. Iblis mencegah dengan cara menggunakan manusia. Manusia bisa dipakai untuk menyatakan kebenaran, tetapi juga bisa dipakai sebagai alat Iblis. Karena itulah kita perlu hati-hati. Setiap tindakan dan perkataan kita harus selalu diperiksa, supaya kita tidak dipakai untuk menjadi alat Iblis. Yang perlu kita ingat, Tuhan tidak pernah memakai kekerasan, di zaman Perjanjian Baru sampai sekarang.

Bagi seorang pelayan Tuhan atau pemberita Injil, tidak ada yang lebih indah selain bisa melihat orang-orang yang dilayani bisa maju dalam Tuhan serta mengerti Injil dengan baik. Orang-orang yang dilayani bisa setia sampai akhir dan ikut melayani Tuhan. Itu adalah mahkota dari setiap pelayan Tuhan. Bagi pelayan Tuhan, yang paling penting orang-orang semakin banyak mengerti firman Tuhan dan melakukannya. Itu adalah buah indah dari pelayanan. Pelayanan yang berhasil bukan dilihat dari banyaknya orang yang menjadi Kristen, tetapi dilihat dari seberapa banyak orang yang telah menjadi Kristen tersebut ikut ambil bagian dengan ketulusan hati untuk memberitakan Injil itu kepada orang lain.

Views: 41

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top