Filipi 1:1-5
Surat ini ditujukan kepada jemaat yang berada di kota Filipi. Filipi berada di wilayah Makedonia. Sepertinya di Filipi tidak banyak orang Yahudi. Di Filipi, Paulus sempat masuk ke dalam penjara sebentar bersama dengan Silas. Terjadi gempa bumi yang diizinkan Tuhan, pintu penjara terbuka dan kepala penjara diselamatkan, karena mendengar berita Injil yang disampaikan oleh Paulus. Setelah itu terbentuklah jemaat di Filipi. Penulis surat ini adalah Paulus. Surat ini dikirim dari penjara dan dibawa oleh Eprafroditus. Diperkirakan surat ini ditulis pada tahun 60-61 Masehi.
Kata terbanyak dalam surat ini adalah “bersukacitalah”. Meskipun ditulis dari dalam penjara, tetapi penekanannya adalah sukacita. Jemaat Filipi tidak memiliki masalah yang berarti, sehingga kita tidak menemui teguran yang berarti dari Paulus. Jemaat Filipi sangat mengasihi Paulus, sehingga terus mengirimkan bantuan kepada Paulus secara materi. Sekalipun berada di penjara, Paulus tetap berkecukupan. Diperkirakan pada saat menulis ini, Paulus berstatus sebagai tahanan rumah, sehingga ia perlu mengurus segala sesuatunya sendiri, termasuk keperluan makan minumnya. Jemaat Filipi banyak menolong Paulus untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Dijelaskan bahwa surat ini berasal dari Paulus dan Timotius. Paulus mengaku sebagai hamba Kristus Yesus. Paulus tidak perlu memperkenalkan diri sebagai rasul, karena jemaat Filipi tidak memiliki masalah mengenai hal itu. Jemaat di Filipi seringkali disebut sebagai orang-orang kudus. Hal ini menegaskan bahwa orang-orang kudus adalah orang-orang percaya, bukan orang-orang yang sudah meninggal lalu diberi gelar sebagai orang kudus. Orang yang bertobat dan percaya kepada Yesus disebut sebagai orang kudus karena telah mendapatkan posisi sebagai orang kudus. Tuhan Yesus telah mengambil alih posisi kita yang berdosa, kemudian Dia memberikan posisi-Nya yang kudus. Roh Kudus juga masuk ke dalam hati kita, sehingga hati kita juga menjadi kudus. Dengan demikian, maka kita memiliki posisi dan hati yang kudus.
Sepertinya kekristenan di Filipi berkembang menjadi lebih dari satu jemaat. Karena itu Paulus menyebut para penilik jemaat dan diaken. Mereka tidak membangun gedung gereja yang besar-besar, tetapi mereka melaksanakan persekutuan di rumah-rumah. Penilik jemaat sama dengan penatua dan sama dengan gembala. Gembala berfungsi sebagai pemimpin jemaat, yang bertugas untuk menggembalakan dan fokus pada doa dan firman. Diaken bertugas untuk melayani jemaat secara diakonia, atau dalam istilah Alkitab disebut melayani meja.
Jemaat Filipi sudah banyak memberkati Paulus dengan materi, karena itulah Paulus selalu mengucap syukur kepada Tuhan ketika mengingat jemaat ini. Memang, lebih baik orang mengingat kita kemudian mereka bisa mengucap syukur, daripada mereka mengingat kita justru terluka. Sangat indah jika yang diingat adalah hal positif dan baik. Setiap kali Paulus berdoa untuk jemaat di Filipi, dia berdoa dengan sukacita, karena memang tidak ada masalah dengan jemaat ini. Jika jemaat ini penuh dengan masalah, pasti Paulus berdoa dengan berat atau bahkan menangis. Keinginan hati jemaat Filipi untuk memberitakan Injil sangat besar. Hal ini juga membuat Paulus sangat mengucap syukur. Di dalam Kisah Para Rasul diceritakan ketika Paulus dan Silas keluar dari penjara di Filipi, ada seseorang yang pertama kali percaya di kota Filipi, yaitu Lidia, penjual kain ungu, memaksa Paulus dan timnya untuk menginap di rumahnya.
Views: 6