Galatia 2:2-3
Tuhan menggeser tugas dan fungsi pemberitaan Injil dari jemaat di Yerusalem kepada jemaat di Antiokhia. Di Antiokhia banyak pengajar dan penginjil yang siap diutus memberitakan Injil ke berbagai tempat. Anggota jemaat di Antiokhia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, bukan hanya dari Yahudi saja, sehingga bisa disebut sebagai jemaat Tuhan dengan komposisi lengkap. Pada saat sedang di luar sidang di Yerusalem, Paulus berusaha memaparkan Injil yang ia beritakan kepada orang-orang bukan Yahudi, yang ia dapatkan dari penyataan dan pewahyuan langsung dari Tuhan kepada orang-orang yang terpandang. Hal itu dilakukannya supaya usahanya tidak sia-sia.
Orang-orang bukan Yahudi yang sudah percaya tidak perlu disunat. Sunat bukanlah syarat untuk masuk Surga. Bahkan seluruh hukum Taurat dan kitab Perjanjian Lama hanyalah bayang-bayang saja. Di dalam Ibrani 10:1 dikatakan, “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.” Hakekat itu sendiri berada di dalam roh dan kebenaran, itulah yang kemudian membedakan antara ibadah hakekat dengan ibadah simbolik.
Pada waktu itu, Titus yang bersama-sama dengan Paulus di Yerusalem tidak dipaksa untuk bersunat. Alasan dan argumentasi ini yang dipakai oleh Paulus untuk meyakinkan jemaat di Galatia. Hal itu bertentangan dengan pengajaran orang-orang Yerusalem yang datang ke Galatia. Di sidang Yerusalem itu semuanya setuju bahwa orang-orang bukan Yahudi yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, mereka tidak perlu disunat. Sunat adalah tanda perjanjian antara keturunan Abraham dengan Tuhan, bukan sebagai syarat untuk masuk Surga.
Pada waktu itu Tuhan memilih Abraham dan melalui keturunan Abraham, Tuhan ingin membangun sebuah bangsa. Bangsa ini akan dipakai oleh Tuhan untuk menjaga hukum Taurat dan ibadah simbolik, sampai yang disimbolkan itu tiba. Bangsa ini dikhususkan sebagai bangsa milik Tuhan. Sebagai tanda bahwa orang-orang menjadi warga dari bangsa ini, maka tanda itu adalah sunat. Sunat ini akan mengingatkan orang-orang Yahudi bahwa mereka adalah bangsa khusus milik Tuhan Jehova. Tanda ini sebenarnya berlaku hanya sampai yang disimbolkan itu tiba. Ketika Yohanes Pembaptis datang dan menunjuk kepada Yesus Kristus bahwa Dia adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, pada saat itulah sebenarnya ibadah simbolik selesai. Yang disimbolkan sudah datang, yaitu Yesus Kristus. Tugas bangsa Yahudi telah selesai. Kitab Perjanjian Lama dengan seluruh paket ibadah simboliknya juga telah selesai.
Bukan berarti bahwa kitab Perjanjian Lama tidak perlu dipakai lagi. Di dalam kitab Perjanjian Lama, ada banyak sejarah yang perlu kita ketahui, sehingga kita bisa lebih mudah untuk memahami Perjanjian Baru. Selain itu, di dalam Perjanjian Lama juga banyak sekali pengajaran moral yang tidak pernah kadaluarsa, artinya tetap bisa dipelajari sesuai dengan konteks saat ini. Yang tidak bisa dipakai adalah aturan ibadah simbolik yang sudah digenapi oleh Yesus Kristus. Karena itu pada saat ini kita sudah tidak lagi melaksanakan kebaktian di hari Sabat, tetapi bisa dilaksanakan di hari-hari yang lain juga. Kita tidak perlu lagi sunat, karena itu bukan kewajiban yang mendatangkan keselamatan. Kita tidak perlu lagi memberikan korban persembahan, karena Yesus telah menggenapinya.
Views: 1