Baptisan Tidak Menyelamatkan (Jelajah PB 712)

Galatia 1:8-10

Yang membuat kita selamat dari hukuman kekal adalah bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bukan karena kita dibaptis. Baptisan tidak menyelamatkan. Baptisan hanya sebagai tanda bahwa kita sudah percaya, supaya menjadi kesaksian bagi orang lain, yaitu kesaksian iman percaya kita. Baptisan juga dipakai sebagai tanda awal untuk menjadi murid Yesus Kristus. Orang-orang yang sudah memberi diri dibaptis seharusnya aktif di jemaat atau di gereja, untuk bersekutu dan dimuridkan. Tujuannya supaya terus belajar firman Tuhan dan diharapkan terus bertumbuh di dalam iman serta pengenalan akan firman Tuhan.

Jika ada orang sakit parah di rumah sakit, kita tidak perlu membaptisnya, tetapi yang paling tepat adalah memberitakan Injil supaya dia bertobat dan percaya kepada Yesus. Jika dia atau keluarganya minta dibaptis, tidak perlu dilakukan. Kita yang seharusnya menjelaskan kepada mereka dengan sebaik-baiknya dan sejelas-jelasnya bahwa baptisan tidak menyelamatkan. Tidak perlu baptisan untuk masuk Sorga. Jika memang ada kesempatan karena orang tersebut sembuh, maka dia bisa dibaptis, asalkan dia sudah bertobat dan percaya kepada Yesus dengan sungguh-sungguh.

Masuk Sorga juga tidak perlu ditambah dengan perbuatan baik. Perbuatan baik kita bukan sebagai syarat untuk masuk Sorga. Sebagai orang percaya, kita memang harus berbuat baik karena Tuhan telah terlebih dahulu berbuat baik kepada kita. Karena kita yakin masuk Sorga, maka kita memiliki dasar untuk berbuat kebaikan. Kebaikan yang kita lakukan seharusnya adalah kebaikan yang tulus, bukan kebaikan untuk mendapatkan balasan. Keselamatan juga tidak bisa didapatkan dengan cara rajin pelayanan di gereja. Tetapi orang yang sudah percaya kepada Yesus, seharusnya melayani Tuhan dengan giat dan sungguh-sungguh. Kita seharusnya merasa berhutang karena kebaikan Tuhan yang tidak ada batasnya.

Sekalipun para pemberita Injil atau seorang malaikat dari Sorga yang memberitakan injil yang berbeda dengan Injil yang telah diberitakan oleh para rasul, maka terkutuklah ia. Ini adalah kutukan yang paling keras, dalam bahasa aslinya. Kita tidak perlu menambahi Injil. Kita cukup memberitakan Injil yang benar. Bahkan jika yang memberitakan injil lain itu adalah malaikat, diapun akan terkutuk. Ini menjadi indikasi bagi kita bahwa Tuhan tidak lagi menyuruh malaikat untuk memberitakan Injil. Apa yang tertulis di dalam Alkitab sudah benar dan tidak bisa diganggu gugat, bahkan oleh malaikat sekalipun. Jika ada yang bersaksi bertemu dengan malaikat dan malaikat tersebut memberitakan pengajaran yang baru, maka terkutuklah ia.

Paulus adalah orang yang berani dan memiliki prinsip yang kuat dalam mengabarkan Injil dan menjalankan firman Tuhan. Dalam menasihati orang, dia tidak pandang bulu. Dia akan menyatakan yang salah adalah salah dan yang benar adalah benar. Paulus berani menyatakan diri bahwa ia sedang mencari kesukaan Tuhan, bukan kesukaan manusia. Dia tidak ingin mendapat pujian dari manusia, tetapi dari Tuhan. Jangankan kepada manusia, kepada malaikat pun Paulus berani mengutuk, jika memang dia memberitakan injil lain. Karena itu, kita perlu berhati-hati dalam memberitakan Injil dan mengajarkan firman Tuhan. Jangan sampai kita salah menyampaikan firman Tuhan serta menambah-nambahi hal yang tidak perlu, yang justru akan membawa kutukan bagi kita, bukan membawa berkat.

Views: 5

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top