Anak-Anak Merdeka (Jelajah PB 730)

Galatia 4:21-31

Orang-orang percaya berbeda dengan para penganut Yudaisme. Orang percaya hanya percaya dan berserah kepada Yesus Kristus. Penganut Yudaisme mengandalkan hukum Taurat. Perbandingan itu disampaikan dengan mengingat kisah Ishak dan Ismael. Paulus sengaja menggunakan cerita ini dengan harapan bahwa jemaat di Galatia tergerak hatinya untuk kembali kepada kebenaran. Hidup mereka disadarkan bahwa mereka sudah menyimpang dari kebenaran.

Abraham memiliki dua anak, tetapi memiliki kedudukan dan keadaan yang sangat berbeda. Ishak adalah anak perjanjian yang dilahirkan dari seorang perempuan merdeka, sedangkan Ismael dilahirkan dari seorang hamba perempuan. Ismael diperanakkan menurut daging, dengan keadaan yang normal. Sedangkan Ishak dilahirkan karena janji. Secara hukum alam, Sarai sudah tidak mungkin bisa mengandung lagi, karena usianya sudah sangat tua. Hagar melambangkan apa yang diberikan dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan. Hal ini menggambarkan kehidupan orang Yahudi yang terus hidup dalam ketidakpercayaan mereka dan melekat pada hukum Taurat. Tetapi Sara melambangkan Yerusalem, yaitu keadaan orang-orang Kristen yang berada di bawah hukum kasih karunia. Orang-orang percaya telah dibebaskan dari kutuk dan perhambaan hukum Taurat. Sebenarnya, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi mendapatkan kesempatan yang sama untuk hidup di dalam Yesus Kristus.

Orang-orang percaya disebut sebagai keturunan Abraham secara rohani. Dengan demikian maka kita pun mendapatkan hak atau warisan berkat Abraham, yaitu berkat keselamatan. Paulus pernah hidup sebagai orang yang tunduk pada hukum Taurat. Dia menyadari bahwa semua yang telah dilakukannya dahulu adalah hal-hal yang jasmaniah. Dia yang dulu diperanakkan secara daging, sekarang mendapatkan kesempatan untuk diperanakkan menurut Roh. Paulus tidak mau terjebak lagi di dalam kehidupan daging di bawah hukum Taurat. Karena dia pernah merasakan semuanya itu, maka ia tidak mau jemaat di Galatia hidup dalam ketertundukan di bawah hukum Taurat.

Tidak ada cara lain untuk terbebas dari belenggu hukum Taurat, selain menjauhkan diri dari hal tersebut. Sebagai penegasan, Paulus mengutip ayat Alkitab yang menyatakan, “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku perempuan merdeka.” Jika jemaat Galatia tetap ingin hidup di bawah hukum Taurat, maka mereka juga akan mengalami hal yang sama. Hal ini dikatakan oleh Paulus supaya bisa menjadi pertimbangan yang baik untuk mengambil keputusan, apakah tetap di dalam Kristus dengan Injil yang murni atau mengikuti kebiasaan Yudaisme yang mengikat mereka dan membawa mereka hidup dalam ritual jasmaniah.

Orang Yahudi terlalu bangga dan sombong dengan keyahudiannya, sehingga mereka terus mempengaruhi orang lain supaya mengikuti adat istiadat dan kebiasaan mereka. Tetapi, orang Kristen yang mengerti dengan Injil yang murni, tidak akan mungkin mengganti kasih karunia mereka dengan hukum yang mengikat seperti hukum Taurat. Kepada jemaat di Galatia, Paulus memberi penekanan bahwa sebenarnya mereka bukanlah anak-anak hamba perempuan, tetapi anak-anak perempuan merdeka.

Views: 2

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top