Sukacita dan Rela Hati (Jelajah PB 690)

2 Korintus 9:6-8

Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga. Orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Dalam kemurahan hati, hukum tabur tuai akan berlaku. Di dalam Mazmur 37:25-26 dikatakan, “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.” Membaca ayat ini, seharusnya kita memilih untuk menjadi orang yang memberi berkat, bukan yang menerima berkat. Lebih baik kita tidak berpikir untuk meminjam atau meminta, tetapi sebaiknya memberi. Karena itulah kita harus bekerja rajin dan keras, supaya kita bisa menjadi yang memberi. Dengan demikian kita bisa bermurah hati dari apa yang telah kita hasilkan dari pekerjaan kita.

Dalam hal kemurahan hati, jumlah ternyata dihitung. Jika dalam hidup ini sudah banyak orang yang kita tolong, maka kemungkinan besar kita juga akan mendapatkan pertolongan dengan mudah jika kita memerlukan sesuatu. Orang yang banyak menabur, akan banyak menuai juga. Paulus memberi himbauan supaya setiap orang memberikan menurut kerelaan hati, bukan dengan sedih hati atau paksaan. Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Di dalam Perjanjian Baru, persepuluhan tidak lagi ditekankan oleh para rasul. Hal itu bukan berarti persepuluhan itu hilang. Di dalam Lukas 11:42 dikatakan, “Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” Dari ayat tersebut, Yesus memberitahu bahwa persepuluhan itu keharusan sedangkan keadilan dan kasih Tuhan itu tidak boleh diabaikan. Surat-surat para rasul memang tidak lagi menyinggung tentang persepuluhan, karena jemaat-jemaat pada waktu itu bahkan memberi melebihi persepuluhan. Karena itulah para rasul tidak perlu lagi untuk mengajar jemaat mengenai persepuluhan. Apa yang mereka persembahkan pada waktu itu bahkan melampaui batas kemampuan mereka, kita telah membaca kesaksian dari Paulus terhadap jemaat di Makedonia.

Paulus menekankan pemberian itu dilakukan bukan dengan sedih atau karena paksaan, supaya mereka tidak seperi Ananias dan Safira yang telah memberi dengan terpaksa, tetapi pada akhirnya mereka membohongi Roh Kudus. Jangan sampai memberi banyak tetapi dengan motivasi yang salah. Tuhan sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kita, supaya kita senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Salah satu tanda kasih kita kepada Tuhan adalah memberikan persembahan kita kepada-Nya. Orang yang datang dengan terus menerus meminta berkat, itu bukan orang yang mengasihi Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang egois, yang mengasihi diri sendiri.

Orang Kristen yang sudah dewasa akan berpikir sebaliknya, bukan mengharapkan berkat meskipun Tuhan pasti memberkati, tetapi justru ia berpikir untuk memberikan segala sesuatunya kepada Tuhan demi kemajuan pekerjaan dan pelayanan Tuhan di dunia ini. Banyak orang yang sudah mempersembahkan waktu, uang, tenaga, bahkan nyawa mereka untuk kemajuan pemberitaan Injil Yesus Kristus. Jika hari ini kita sudah mendengar Injil dan sudah diselamatkan, maka sepatutnya kita pun mengucap syukur dengan cara memberikan apa yang ada pada kita, dengan penuh sukacita, bukan dengan paksaan.

Views: 3

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top