2 Korintus 7:1
Di dalam pasal 6 Paulus sudah memperingatkan kepada orang Kristen untuk berhati-hati mencari pasangan hidup. Prinsipnya cukup penting, yaitu mencari pasangan sesama orang percaya, sedangkan hal-hal yang lain, firman Tuhan memberikan kebebasan untuk memilih. Prinsip ini diberikan bukan untuk membatasi, tetapi bertujuan supaya kita tidak menyusahkan diri dan hidup dalam damai sejahtera. Supaya hidup ini tidak terlalu banyak pertentangan, yang membuat fokus hidup menjadi terbagi-bagi.
Berbeda halnya bagi orang-orang yang sudah menikah dan pada waktu itu belum percaya. Sesudah menikah baru kemudian mereka percaya, maka pasangan tetap tidak boleh diceraikan. Yang perlu diusahakan adalah supaya keduanya sama-sama mengenal kebenaran, sehingga keduanya hidup dalam kemerdekaan Kristus. Bagi orang percaya yang belum berpasangan, kita diminta untuk hati-hati, supaya tidak menyusahkan diri sendiri.
Ketika kita bertobat dan percaya kepada Yesus, maka kita mendapatkan posisi sebagai orang kudus. Pada saat itu, posisi Tuhan Yesus yang kudus diberikan kepada kita, sedangkan posisi orang berdosa telah digantikan oleh Yesus Kristus dan dihukumkan di atas kayu salib. Dengan demikian di hadapan Bapa, kita adalah orang kudus. Tuhan juga telah memberikan Roh Kudus untuk tinggal di dalam hati kita, sehingga hati kita pun menjadi hati yang kudus. Yang masih perlu diusahakan adalah karakter yang kudus. Untuk membangun karakter yang kudus, maka orang yang sudah lahir baru tidak akan mungkin mau menikah dengan orang yang belum percaya kepada Yesus. Karena itulah Tuhan memberikan prinsip kepada kita untuk mencari pasangan yang seiman.
Kita diingatkan oleh Paulus bahwa kita memiliki janji-janji keselamatan, pengharapan akan kehidupan kekal. Di dalam Roma 8:17 dikatakan, “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”
Setelah kita memiliki posisi sebagai orang kudus, maka saatnya kita mulai membangun karakter yang kudus dengan cara menyucikan diri kita sendiri. Kita perlu memiliki penguasaan diri, sehingga tindakan-tindakan kita terarah serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan. Karakter kudus ini bukan jaminan masuk Sorga. Karakter yang kudus ini berfungsi untuk memberi kesaksian bagi orang lain. Selain itu, karakter kudus ini akan membawa kita pada pemantapan dan penguatan iman kita, sehingga tidak mudah terombang-ambing karena karakter yang berpotensi untuk bercampur aduk dengan dunia ini.
Kita perlu membedakan antara posisi kudus dengan karakter kudus. Posisi kudus kita dapatkan ketika kita bertobat dan percaya kepada Yesus. Pada saat itulah Roh Kudus masuk dalam hati kita, termaterai dalam hati kita. Posisi kudus ini yang mengantar kita masuk ke dalam Sorga, ke dalam kehidupan kekal bersama Yesus Kristus. Hanya saja, setelah manusia bertobat, dia tidak langsung mati, tetapi mendapatkan kesempatan untuk hidup di dunia ini. Karena itulah maka ada kesempatan untuk membangun karakter (perkataan dan perilaku) yang kudus. Karakter kudus ini untuk menjadi kesaksian, sekaligus untuk menguatkan iman kita supaya tidak mudah untuk murtad.
Views: 7