Mengenai Bahasa Lidah (Jelajah PB 646)

1 Korintus 14:6-22

Bahasa lidah seringkali tidak berguna. Orang-orang yang mendengarnya, tidak mendapatkan apa-apa. Mungkin mereka hanya mendapatkan kebingungan saja. Bunyi alat saja seharusnya mengandung arti, apalagi ini adalah perkataan. Pada waktu itu, bahasa lidah hanya berguna untuk menguatkan diri sendiri. Pada saat ini, kita pun tidak memerlukan bahasa lidah untuk menguatkan diri. Kita bisa menguatkan diri dengan firman Tuhan. Pengajaran dari Alkitab yang seharusnya bisa menguatkan iman. Mestinya bahasa lidah adalah salah satu bahasa yang ada di muka bumi ini.

Semua karunia Roh boleh dikejar oleh anggota jemaat di Korintus, tetapi motivasi utamanya adalah untuk membangun jemaat. Saat ini, karunia yang paling bisa membangun jemaat adalah karunia mengajar dan menyampaikan firman Tuhan. Nubuatan dan bahasa lidah sudah tidak ada lagi. Jika ada orang-orang yang bernubuat atau menggunakan bahasa lidah, bisa dipastikan bahwa itu bukan dari Tuhan. Tuhan tidak memiliki kepentingan untuk menurunkan wahyu lagi. Alkitab di tangan kita sudah cukup. Tidak boleh menambah atau mengurangi firman Tuhan yang sudah tertulis di dalam Alkitab.

Paulus memberikan penekanan kepada jemaat di Korintus bahwa jika ada di antara mereka yang berkata-kata dalam bahasa lidah, maka mereka harus berdoa supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkan bahasa lidah tersebut. Jika tidak ditafsirkan, maka bahasa lidah itu sama sekali tidak bermanfaat bagi jemaat. Jika Paulus berdoa dengan bahasa lidah, maka roh Paulus yang sedang berdoa, sedangkan akal budinya tidak turut berdoa. Hal itu terjadi karena Paulus sendiri tidak mengerti apa yang sedang dikatakannya. Karena itu Paulus lebih memilih untuk berdoa dengan roh sekaligus juga dengan akal budi, artinya berdoa dengan bahasa yang dimengerti. Perhatikan, Paulus lebih memilih berdoa dengan roh dan akal budi, bukan dengan bahasa lidah. Demikian juga Paulus lebih memilih untuk menyanyi dan memuji dengan rohnya sekaligus dengan akal budinya. Sekali lagi kita perlu ingat bahwa bahasa lidah hari ini sudah tidak ada lagi.

Orang yang tidak mengerti dengan doa orang lain, dia tidak akan mengucapkan “amin” untuk menyetujui dan mendukung doa tersebut. Meskipun mungkin doa dan ucapan syukur dalam bahasa lidah itu dilakukan dengan sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya. Paulus mengucap syukur kepada Tuhan bahwa dia berkata-kata dengan bahasa lidah, lebih dari semua orang yang ada di Korintus. Mungkin Paulus diberi karunia untuk menggunakan berbagai bahasa yang ada di dunia ini. Tetapi dalam pertemuan jemaat, dia lebih suka mengucapkan sedikit kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain, daripada menggunakan banyak kata tetapi tidak dimengerti oleh orang lain.

Paulus dengan keras menegur jemaat di Korintus. Mereka jika melakukan kejahatan sangat cepat, sedangkan dalam hal berpikir secara akal budi, mereka lambat. Karunia bahasa lidah adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman. Karena karunia bahasa lidah adalah fenomena yang terjadi dalam diri orang tersebut. Jika orang tidak beriman diberi karunia bahasa lidah, maka dia akan merasa ada hal ajaib yang sedang terjadi pada dirinya, untuk meningkatkan imannya. Sedangkan karunia bernubuat adalah karunia untuk orang yang beriman. Orang itu dipakai untuk bisa memberkati orang lain dengan nubuatan yang disampaikannya.

Views: 2

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top