1 Korintus 11:1-3
Di ayat 1, itu adalah lanjutan dari pasal sebelumnya. Paulus menginginkan supaya jemaat di Korintus dan juga kita semua yang sudah percaya kepada Tuhan untuk mengikuti teladan yang sudah dilakukan oleh Paulus. Artinya, Paulus tidak hanya memberitahu tentang apa yang dilakukan, tetapi dia juga telah melakukan semuanya itu. Ia ingin supaya jemaat di Korintus menjadi pengikutnya, karena itu sama artinya bahwa mereka juga mengikut Yesus Kristus.
Di bagian selanjutnya, Paulus menyinggung mengenai hal yang cukup sensitif, yaitu kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Di tengah-tengah kondisi yang cukup kacau di jemaat di Korintus, ternyata masih ada orang-orang yang mau mengingat akan pengajaran Paulus dan tetap berpegang teguh pada ajaran yang pernah disampaikan oleh Paulus itu. Meski demikian, Paulus perlu menegur beberapa hal yang tidak wajar yang telah terjadi di tengah-tengah jemaat di Korintus. Di kota Korintus terdapat kuil Arthemis, terdapat perempuan-perempuan yang mencukur rambutnya sampai gundul untuk melayani di kuil tersebut. Ada banyak hal-hal yang tidak bermoral terjadi di kuil itu. Sepertinya ada di antara beberapa perempuan itu bertobat dan hadir dalam kebaktian di jemaat Korintus.
Karena mereka gundul, maka mereka hadir begitu saja di kebaktian tersebut. Ternyata kondisi seperti itu cukup meresahkan bagi sebagian besar jemaat di Korintus. Untuk mengawali pengajaran mengenai kondisi ini, Paulus menjelaskan tentang struktur ketertundukan di dalam jemaat. Yang disampaikan ini bukan soal pembedaan harkat atau martabat antara laki-laki dan perempuan. Supaya ada keteraturan dalam jemaat, perlu ada struktur yang mengaturnya.
Kepala dari Kristus adalah Tuhan (Bapa). Kristus memang di dalam Tuhan dan Kristus adalah salah satu dari pribadi Tuhan. Kepala dari tiap laki-laki adalah Kristus. Laki-laki seharusnya tunduk kepada Kristus. Kepala dari perempuan adalah laki-laki dan perempuan harus tunduk kepada laki-laki. Sekali lagi ini bukan persoalan mengenai harkat dan martabat antara laki-laki dan perempuan. Ini adalah masalah hierarki atau struktur kedisiplinan. Struktur ini bermula dari penciptaan manusia. Tuhan menciptakan manusia dari debu tanah, lalu dihembuskan nafas-Nya kepada manusia itu. Sedangkan perempuan diciptakan dari laki-laki. Ini yang mau dijelaskan oleh Paulus, ada urutan yang seharusnya kita pahami. Untuk menciptakan Hawa, perlu bahan baku dari Adam (daging, tulang dan roh Adam). Adam sendiri bahan bakunya dari debu tanah.
Karena itu di dalam kehidupan suami istri, perempuan diharuskan untuk tunduk kepada suaminya, dalam segala sesuatu (Efesus 5:22). Lalu ada perintah untuk laki-laki supaya mengasihi istrinya, karena itu adalah tulang dari tulangnya dan daging dari dagingnya. Ini adalah aturan yang sudah Tuhan berikan dan aturan ini saling menyambung satu dengan yang lain. Keterkaitan hubungan di dalam keluarga ini juga terjadi dalam kehidupan jemaat. Bukan berarti bahwa Paulus menomorduakan perempuan. Tetapi memang ada tugas dan tanggungjawab yang berbeda, antara laki-laki dengan perempuan. Tidak bisa dipungkiri bahwa menurut sejarah, perempuan menjadi orang yang selalu dinomorduakan. Padahal ini tidak seperti yang dimaksudkan di dalam Alkitab. Perempuan dan laki-laki tetap sama di mata Tuhan, tetapi mereka memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Jika tugas dan fungsi (atau kodrat) itu dibolak-balik, maka akan terjadi kekacauan dalam kehidupan berjemaat dan juga bermasyarakat.
Views: 4