Jodoh Bukan di Tangan Tuhan (Jelajah PB 621)

1 Korintus 7:24-40

Paulus mengulangi perkataan supaya setiap orang tinggal di hadapan Tuhan dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil. Ini tidak berarti bahwa orang tetap tinggal di dalam dosanya. Sesuatu yang salah dan berdosa, seharusnya dibereskan pada saat bertobat. Yang disebut dengan tinggal dalam keadaanya ini tentang sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan dosa. Ketika seseorang menjadi budak, tidak mungkin langsung menjadi orang bebas meskipun dia sudah dibebaskan dari belenggu dosa. Seorang yang sudah bersunat tidak mungkin memperbaiki bagian tubuh yang sunat, pada saat ia bertobat. Hal-hal tersebut tidak memiliki hubungan langsung dengan dosa. Jika memang nanti seorang budak bisa dibebaskan, maka hal tersebut tidak berkaitan dengan pertobatannya.

Mengenai tentang perkara gadis, Tuhan tidak memberikan perintah langsung melalui Paulus. Tetapi dalam kondisi darurat, Paulus memberikan saran supaya para gadis tetap dalam keadaannya seperti saat itu. Sekali lagi karena ini dalam kondisi yang darurat. Jika memang sudah menikah, tidak boleh mengusahakan perceraian. Menikah itu bukan dosa, tetapi karena kondisi darurat, sebaiknya ditunda. Paulus melanjutkan penjelasannya bahwa orang-orang yang menikah akan ditimpa kesusahan badani dan Paulus ingin menghindarkan jemaat di Korintus supaya tidak mengalami kesusahan tersebut. Dalam kondisi orang Kristen dikejar-kejar dan dianiaya, pernikahan akan membuat mereka semakin teraniaya.

Tercatat dalam sejarah bahwa dunia ini sangat jahat, terutama terhadap orang Kristen. Karena alasan seseorang percaya kepada Yesus, maka ada kesempatan untuk menganiaya. Dalam perjalanan sejarah kekristenan, banyak orang Kristen yang dianiaya, disita hartanya, dibunuh keluarganya, dan hal-hal lain yang mengerikan. Kita memang tidak boleh terlalu menyayangi dunia ini karena semua ini akan berlalu. Jika pada saat penganiayaan kita memiliki banyak harta, tentu kita akan kuatir dengan semuanya itu. Demikian juga orang Kristen yang sudah berkeluarga, dalam kondisi teraniaya, mereka akan sangat susah. Mereka tidak bisa memusatkan diri pada Tuhan, tetapi pikirannya akan terbagi pada orang-orang yang dikasihinya.

Nasihat rasul Paulus supaya tidak menikah pada masa penganiayaan bertujuan supaya tidak menambah gangguan. Itupun hanya saran, bukan keharusan. Jika memang orang-orang di Korintus sudah siap untuk tertimpa dengan kesusahan besar, Paulus pun tidak menghalangi mereka untuk menikah. Ikatan suami istri hanya terjadi pada masa hidupnya. Setelah meninggal, mereka terpisah, tidak ada lagi hubungan suami istri. Seorang Istri terikat selama suaminya hidup. Jika suaminya meninggal, maka ia bebas untuk menikah dengan siapa saja yang dikehendakinya, yang penting orang tersebut adalah orang yang sudah bertobat dan percaya kepada Tuhan.

Ada kebebasan di dalam kekristenan untuk menikah dengan siapapun juga. Tetapi orang Kristen harus berhikmat dan mengikuti prinsip-prinsip kekristenan di dalam Alkitab. Dalam hal pernikahan, prinsip yang Tuhan terapkan cukup sederhana, yaitu memiliki syarat sepadan dan seimbang (seiman). Selebihnya, kita mempunyai hak untuk memilih dengan bebas. Kita bisa menyimpulkan bahwa jodoh itu bukan di tangan Tuhan. Jodoh ada di tangan kita. Kitalah yang memilihnya, tetapi dengan tetap mengikuti prinsip-prinsip dari Alkitab. Tidak salah kita berdoa supaya Tuhan memberikan hikmat kepada kita untuk memilih pasangan hidup. Tetapi pada prinsipnya, Tuhan sangat memberi kebebasan kepada kita untuk memilih pasangan hidup kita sendiri.

Views: 4

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top