Filsafat Kosong (Jelajah PB 593)

1 Korintus 1:21-24

Dunia tidak pernah bisa mengenal Tuhan. Tuhan hanya berkenan menyelamatkan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Pemberitaan Injil dan pemberitaan salib merupakan kebodohan bagi orang-orang dunia ini. Tetapi orang yang percaya dengan pemberitaan itu, maka dia yang akan mendapatkan keselamatan. Orang yang percaya kepada Yesus, maka itu akan dihitung sebagai kebenaran. Keselamatan bukan karena pilihan Tuhan, tetapi karena kepercayaan manusia tersebut kepada Yesus Kristus.

Orang-orang Yahudi menghendaki tanda, karena mereka sangat dipengaruhi oleh Perjanjian Lama yang penuh dengan tanda dan simbol-simbol. Mereka pun ingin mendapatkan tanda terhadap Mesias yang sudah datang. Sedangkan orang-orang Yunani mencari hikmat. Orang-orang Yunani terpengaruh oleh filsafat duniawi yang sudah menguasai pikiran dan kehidupan mereka. Filsafat manusia akan menjerumuskan mereka. Bahkan hari-hari ini, sekolah Teologi lebih banyak membahas filsafat daripada Alkitab. Tanpa disadari, banyak orang yang mempelajari filsafat kosong, yang bersifat fana. Di dalam filsafat muncul berbagai macam pertanyaan yang mungkin tidak akan terjawab dan tidak akan berakhir. Segala kemungkinan bisa terjadi dalam filsafat. Tidak ada standar kebenaran yang baku, karena semuanya menjadi serba relatif.

Bukan berarti berfilsafat itu tidak baik. Kita diberi Tuhan akal budi, supaya kita berpikir. Kita juga perlu melatih cara kita berpikir. Tetapi, jika kita tidak berhati-hati, maka filsafat itu bisa menjerumuskan orang. Orang-orang Yunani mencari hikmat dengan berfilsafat, ternyata itu telah banyak menjerumuskan mereka. Paulus berbeda karena dia memberitakan Kristus yang tersalibkan. Bagi orang Yahudi, berita tersebut menjadi batu sandungan bagi mereka. Orang Yahudi menginginkan bahwa Mesias atau Juruselamat itu bukan orang yang lemah yang bisa disalibkan. Dalam pikiran dan bayangannya, orang Yahudi menginginkan Mesias dan Juruselamat yang datang kepada mereka dengan gagah perkasa, yang bisa melepaskan mereka dari penjajahan Romawi. Karena itu, Yesus yang disalib itu menjadi batu sandungan bagi mereka. Mereka tidak mudah percaya jika Yesus itu adalah Mesias dan Juruselamat yang dijanjikan oleh Tuhan.

Untuk orang non-Yahudi, pemberitaan Injil adalah suatu kebodohan. Sebuah kebodohan ketika mereka percaya kepada orang yang telah mati dengan cara disalibkan. Mereka tidak tahu tentang makna bahwa dosa harus diselesaikan dengan penghukuman. Orang yang bisa menerima berita salib adalah orang yang sadar bahwa dosa memang tidak bisa diselesaikan dengan hikmat dan cara manusia. Orang menerima berita Injil ketika mereka sadar bahwa dosa bisa diselesaikan hanya dengan hukuman mati. Yesuslah yang sudah menanggung hukuman mati tersebut untuk menggantikan manusia yang berdosa.

Pekabaran Injil menjadi tidak fokus, karena tidak diawali dengan penyadaran bahwa dosa hanya bisa diselesaikan dengan penghukuman mati. Karena tidak disadarkan terlebih dahulu, maka banyak orang tidak mengerti akan arti dari penderitaan dan kematian salib tersebut. Tetapi untuk orang-orang yang terpanggil, baik oran Yahudi maupun orang non-Yahudi, mereka akhirnya bisa sadar bahwa Injil adalah hikmat dan kekuatan Tuhan. Kristus adalah cara Tuhan untuk menyelamatkan manusia, yang tidak bertentangan dengan sifat-Nya, yaitu maha kasih dan maha adil.

Views: 6

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top