1 Korintus 14:1-5
Pada waktu itu, Alkitab belum tertulis secara lengkap. Jemaat masih memerlukan karunia-karunia Roh untuk memperlengkapi kehidupan pelayanan mereka. Paulus mengajak jemaat di Korintus supaya tetap mengejar kasih serta mengusahakan diri untuk memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia bernubuat. Karunia bernubuat akan membangun orang lain dalam pengajaran. Siapa yang berkata-kata dalam bahasa lidah, mereka sedang berkata-kata kepada Tuhan, karena manusia tidak mengerti bahasa lidah itu jika tidak diterjemahkan. Ini adalah bahasa, bukan bunyi-bunyian (beberapa kata) yang diucapkan secara berulang-ulang, seperti fenomena yang sering muncul akhir-akhir ini di kalangan kekristenan tertentu.
Jika ini dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi pada saat pencurahan Roh Kudus pertama kali, seperti yang dikisahkan di dalam kitab Kisah Para Rasul, maka bahasa lidah ini adalah bahasa yang memang ada di muka bumi ini. Orang yang berbahasa lidah itu adalah orang yang mengucapkan bahasa berbeda yang tidak dimengerti oleh orang di situ. Sedangkan nubuatan adalah pewahyuan yang disampaikan oleh Tuhan melalui manusia. Nubuatan itu diucapkan dengan bahasa yang dimengerti oleh orang di situ, sehingga membangun, menasihati dan menghibur secara langsung orang-orang yang berada di situ.
Barangsiapa berkata-kata dalam bahasa lidah, ia sedang membangun dirinya sendiri. Sedangkan barangsiapa bernubuat, maka ia sedang membangun jemaat. Paulus sendiri suka jika ada orang-orang yang bisa berkata-kata dengan bahasa lidah. Mereka tiba-tiba bisa berbahasa dari bangsa-bangsa lain, padahal mereka tidak pernah mempelajari sebelumnya. Tiba-tiba orang Korintus bisa bahasa Indonesia atau bahasa Rusia, yang selama ini tidak pernah mereka pelajari atau mereka dengar. Tetapi Paulus lebih suka jika jemaat di Korintus bisa bernubuat. Orang yang bernubuat lebih berharga daripada orang yang berbahasa lidah, kecuali orang itu juga dapat menafsirkan bahasa lidah tersebut, sehingga jemaat dapat dibangun. Jika bahasa lidah ditafsirkan, maka sebenarnya itu sudah menjadi nubuatan, karena pada akhirnya pesannya bisa dimengerti.
Kita harus mengingat bahwa kitab 1 Korintus ini ditulis sekitar tahun 55 Masehi. Jelas sekali bahwa pada waktu itu proses pewahyuan masih berlangsung. Tuhan masih terus menurunkan wahyu, melalui nubuatan, bahasa lidah dan karunia pengetahuan. Pewahyuan berakhir sampai kitab Wahyu 22:21, yaitu sekitar tahun 95-98 Masehi. Di saat penulisan kitab 1 Korintus, Tuhan masih terus menyingkapkan pewahyuan. Karena itulah Paulus masih memberikan kesempatan kepada jemaat untuk berusaha mendapatkan karunia-karunia pewahyuan tersebut.
Saat ini, proses pewahyuan sudah selesai. Kita sudah mendapatkan firman Tuhan secara lengkap, yang tertulis di dalam Alkitab. Jika saat ini masih ada orang yang bernubuat, maka bisa dipastikan bahwa nubuatan itu bukan dari Tuhan. Jika saat ini masih ada orang yang berbahasa lidah, maka bisa dipastikan bahwa bahasa itu bukan dari Tuhan. Saat ini kita tidak boleh mengejar karunia-karunia itu. Jika kita tetap mengejar karunia-karunia yang memang sudah tidak ada lagi itu, maka Iblis akan masuk dan menyusup ke dalamnya. Tidak jarang terjadi fenomena-fenomena yang lebih menyerupai “kesurupan” yang terjadi di gereja-gereja tertentu.
Views: 1