Kisah Para Rasul 7:54-60
Stefanus sangat berani menyampaikan khotbahnya. Stefanus memberitahukan kepada mereka bahwa Yesus Kristus yang telah mereka salibkan dan bunuh, itu sebenarnya adalah Mesias. Yesus adalah Tuhan yang menjadi manusia. Para anggota Mahkamah Agama sangat tertusuk hatinya ketika mereka mendengar semua yang dikatakan oleh Stefanus. Mereka menyambut khotbah Stefanus dengan gertakan gigi. Mereka geram mendengarkan semua yang telah disampaikan oleh Stefanus.
Pada waktu itu Stefanus menatap ke langit. Stefanus pada waktu itu penuh dengan Roh Kudus. Dia memiliki keberanian yang besar untuk memberitakan semua itu. Ketika Stefanus melihat ke langit, dia melihat kemuliaan Tuhan. Dia melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Tuhan, Bapa di Sorga. Dalam kisah ini Tuhan Tritunggal diperlihatkan kembali. Pada waktu itu Roh Kudus ada di dalam diri Stefanus, karena dia dikatakan penuh dengan Roh Kudus. Dalam keadaan demikian, Stefanus melihat ada dua pribadi saat dia menatap ke langit. Dia sedang melihat pribadi Yesus sedang berdiri di sebelah kanan pribadi Bapa. Kita bisa melihat, berkali-kali Alkitab menyatakan tentang Tuhan Tritunggal. Memang Tuhan memiliki tiga Pribadi, tetapi tiga Pribadi itu ada dalam satu kesatuan.
Kita tidak perlu bingung dengan ketiga Pribadi Tuhan. Selagi Alkitab menyatakannya demikian, maka itulah Tuhan yang diperkenalkan, atau lebih tepatnya Tuhan telah memperkenalkan diri-Nya demikian. Kecuali kita tidak percaya bahwa Alkitab itu adalah firman Tuhan, maka kita juga tidak perlu mempercayai tiga Pribadi Tuhan itu. Pada waktu itu Stefanus berkata, “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Anak Manusia yang dimaksudkan oleh Stefanus adalah Yesus Kristus.
Mendengar itu, maka semua orang yang ada di situ berteriak-teriak dengan keras. Sambil menutup telinga, serentak mereka menyerbu Stefanus. Mereka menyeret Stefanus ke luar kota dan melempari Stefanus dengan batu. Lihatlah, seperti inilah perilaku orang-orang yang tidak mengenal Tuhan dengan benar. Mereka menyembah Tuhan tanpa pengertian. Mereka hanya mengandalkan otot, tidak mengandalkan otak atau akal budi mereka. Mereka hanya bisa melakukan kekerasan dan hal-hal yang tidak terpuji. Kita juga bisa membaca bahwa di dalam sejarah kekristenan juga pernah terjadi kekerasan. Orang Kristen pernah melakukan kekerasan atau penganiayaan kepada orang Kristen lain. Ini terjadi karena mereka mengakui diri Kristen, tetapi mereka beriman tanpa pengertian yang benar.
Pada saat itu, para saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Sepertinya pada saat itu Saulus menjadi pemimpin bagi semua orang yang sedang menganiaya Stefanus. Pada saat orang-orang melempari Stefanus, Stefanus sendiri berdoa kepada Tuhan, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Stefanus juga berlutut dan berseru, “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Setelah itu Stefanus meninggal. Ini adalah iman seorang Kristen yang sungguh-sungguh. Dia tidak memiliki dendam sama sekali terhadap orang-orang yang telah menganiaya dia. Stefanus tidak berdoa supaya Tuhan membalaskan apa yang sudah dilakukan oleh mereka. Justru Stefanus memintakan pengampunan dari Tuhan. Kita bisa membedakan, manakah orang-orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan mana yang tidak. Semua dapat dilihat dari perbuatan atau buah yang keluar dari mereka. Orang percaya tidak akan mungkin melakukan kekerasan. Kita bisa belajar semua itu dari kisah ini.
Views: 14