Pentingnya Jabatan Diaken (Jelajah PB 413)

Kisah Para Rasul 6:1-6

Jumlah orang yang percaya kepada Yesus semakin bertambah banyak. Dalam persekutuan mereka, mereka masih tetap memusatkan diri di Bait Allah. Mereka selalu berkumpul di serambi Salomo untuk mendengarkan pengajaran dari para rasul. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana Petrus dan rasul lain mengajar di hadapan lebih dari lima ribu orang tanpa menggunakan pengeras suara. Jika di Yerusalem bisa berdiri sepuluh jemaat, mungkin pengajaran dan penggembalaan akan lebih mudah dan efektif. Tetapi karena ini masih jemaat awal, mereka masih memusatkan diri dalam kegiatan-kegiatan pengajaran di Bait Suci.

Konsep jemaat atau gereja di Perjanjian Baru akan sangat berbeda dengan konsep agama Yahudi pada Perjanjian Lama. Jemaat mendapat tanggung jawab untuk menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran (1 Timotius 3:15). Di dalam jemaat akan selalu ada firman Tuhan yang disampaikan. Itu yang seharusnya menjadi dasar bagi kehidupan orang-orang percaya. Jika orang-orang di dunia ini ingin dan rindu mencari kebenaran, mereka bisa mendapatkannya di gereja. Jemaat juga menjadi tiang penopang (kaki dian) bagi dunia ini, supaya terus menerangi dunia ini sehingga masih tetap ada terang di tengah kegelapan. Masih ada sekumpulan orang yang menjadi penyeimbang bagi kehidupan dunia yang semakin jahat ini. Semakin banyak jemaat yang berdiri di dunia ini, maka akan semakin banyak terang yang menyinari dunia ini.

Semakin besar jumlah jemaat di sebuah gereja, masalah yang terjadi akan semakin banyak. Itu yang terjadi di Yerusalem pada waktu itu. Saat itu timbul sungut-sungut di antara orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani. Masalahnya terjadi karena terjadi pengabaian terhadap pelayanan kepada para janda-janda. Masalah ini tidak menyangkut tentang firman Tuhan, tetapi tentang kehidupan sosial sehari-hari. Ketika gereja mulai membuka pelayanan sosial, maka akan ada banyak orang yang datang bukan karena firman, tetapi karena keperluan jasmani mereka. Meskipun demikian, hal ini pun bisa dipakai untuk pemberitaan Injil, dengan catatan harus dikelola dengan baik. Gereja memang harus melakukan ini semua, melayani semua orang. Di jemaat mula-mula, masalah mengenai janda ini memang cukup rumit. Karena itu Paulus juga pernah memberikan petunjuk khusus mengenai pelayanan ini, bisa dibaca di dalam 1 Timotius 5:3-16.

Karena masalah itu, maka para rasul berkumpul untuk mencari jalan keluar yang baik untuk mengatasinya. Waktu para rasul tersita untuk melayani meja, sehingga waktu untuk mempersiapkan pengajaran dan berkhotbah menjadi berkurang. Karena itulah diperlukan orang-orang yang mau untuk melayani meja (diakonia). Dipilihlah dari antara mereka tujuh orang yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, untuk melaksanakan tugas diakonia itu. Merekalah yang kemudian disebut dengan Diaken. Akhirnya terjadilah pembagian tugas. Para rasul menjadi pengajar dan menggembalakan jemaat, sedangkan para Diaken melaksanakan tugas-tugas diakonia.

Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat. Mereka kemudian memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaos, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Mereka yang sudah terpilih itu dihadapkan kepada para rasul, lalu para rasul itu berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. Para Diaken ini yang membantu pelayanan para rasul. Sama dengan saat ini, diperlukan Diaken di dalam jemaat atau gereja, karena seorang Gembala Jemaat tidak akan mungkin bisa melayani seorang diri. Diperlukan jemaat-jemaat yang memiliki hati untuk melayani Tuhan dan berkomitmen untuk pekerjaan Tuhan.

Views: 5

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top