Kisah Para Rasul 18:14-18
Pada waktu itu Paulus akan memulai berbicara, tetapi Galio justru mengambil alih dan berbicara kepada orang-orang Yahudi. Galio berkata kepada orang-orang Yahudi: “Hai orang-orang Yahudi, jika sekiranya dakwaanmu mengenai suatu pelanggaran atau kejahatan, sudahlah sepatutnya aku menerima perkaramu, tetapi kalau hal itu adalah perselisihan tentang perkataan atau nama atau hukum yang berlaku di antara kamu, maka hendaklah kamu sendiri mengurusnya; aku tidak rela menjadi hakim atas perkara yang demikian.” Apa yang dikatakan oleh Galio ini benar. Dia tidak mau mengurus urusan yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan. Itu adalah kepercayaan seseorang dan merupakan hak mereka. Pemerintah seharusnya hanya mengurus urusan manusia dengan manusia.
Tuhan mengizinkan pemerintahan ada supaya terjadi kesejahteraan dan keadilan di antara sesama manusia, bukan untuk mengurus urusan manusia dengan Tuhan. Ketika pemerintah mencoba untuk mulai mengurus urusan manusia dengan Tuhan, maka dia telah melakukan hal yang tidak benar. Pemerintah tidak bisa menjadi hakim antara manusia dengan Tuhan. Pemerintah diizinkan oleh Tuhan supaya hubungan antar manusia bisa berjalan dengan baik, tidak saling mencurangi atau mencelakai. Manusia memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat. Bahkan di Indonesia kebebasan itu dilindungi oleh UUD 45, yaitu kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Yang tidak diperbolehkan adalah kebebasan memukul orang atau melakukan kekerasan secara fisik.
Setelah itu Galio mengusir orang-orang Yahudi dari ruang pengadilan itu. Setelah itu orang-orang Yahudi tersebut menyerbu Sostenes, kepala rumah ibadat itu, memukulnya di depan pengadilan itu. Meskipun mereka melakukan kekerasan seperti itu, tetapi Galio sama sekali tidak menghiraukan. Dalam hal ini Galio tidak konsisten dengan apa yang baru saja dikatakannya. Sekarang ada orang yang dianiaya di depan dia, dia pun tidak mau mengurusnya. Galio tidak melihat kewenangannya sebagai gubernur harus dipertanggungjawabkan di depan rakyat yang dipimpinnya. Tuhan telah memberikan kewenangan dan tanggungjawab sebagai pemerintah, tetapi dia tidak melaksanakannya dengan baik.
Lukas sengaja mencatat peristiwa ini untuk memperlihatkan kepada para pembaca Alkitab bahwa pemerintah saat itu tidak benar, tidak melakukan kewenangan dan tanggungjawabnya dengan baik. Mereka tidak mau mengurus segala sesuatu yang telah dipercayakan kepadanya.
Meskipun Paulus mendapatkan masalah di kota Korintus, tetapi Paulus masih tinggal beberapa hari di Korintus. Setelah itu dia pamit kepada saudara-saudara di situ dan berlayar ke Siria. Sebelumnya Paulus telah mendapatkan penglihatan, supaya Paulus tetap di Korintus karena memang banyak orang yang menjadi bertobat di kota tersebut. Tuhan menginginkan Paulus tetap memberitakan Injil dan memuridkan orang-orang yang sudah percaya di kota Korintus. Tuhan juga berjanji akan menyertai dan tidak seorang pun akan menjamah dan menganiaya dia (ayat 9-10). Tetapi ketika telah terjadi peristiwa kekerasan terhadap Sostenes, maka Paulus menyimpulkan bahwa dia harus segera pergi dari kota tersebut. Sudah cukup waktu yang telah diberikan oleh Tuhan kepada Paulus untuk memberitakan Injil di kota Korintus.
Views: 9