Yohanes 18:12-22
Akhirnya pasukan prajurit serta perwira dan penjaga-penjaga itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Kemudian mereka membawa Yesus kepada Hanas (mertua Kayafas) yang pada saat itu menjadi imam besar. Kayafas sendiri pernah berkata dalam Yohanes 11:49-50, bahwa: “Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.” Pada waktu Kayafas berkata seperti ini, dia sendiri tidak mengerti apa-apa. Kayafas hanya memahami bahwa jika Yesus adalah Mesias, berarti orang Yahudi siap memberontak kepada penjajah Romawi. Karena memang telah dinubuatkan bahwa ketika Mesias itu datang, maka Dia akan menjadi Raja. Raja tersebut akan memimpin bangsa Israel untuk berperang melawan penjajah Romawi. Jika hal itu terjadi, maka penjajah Romawi akan mengirimkan pasukan besar dan menghancurkan semua orang Yahudi. Pada waktu itu, penjajah Romawi memiliki kekuatan yang sangat besar untuk melawan dan menghancurkan bangsa-bangsa lain, termasuk Israel.
Karena itu, Kayafas berpikir, jika Yesus benar-benar Mesias dan Raja, serta semua bangsa Yahudi mengikuti-Nya, maka bangsa Yahudi akan menghadapi perang yang besar dan dahsyat. Karena itu, sekalipun mereka tahu bahwa Yesus adalah Mesias, maka lebih baik mereka membunuh Yesus demi keamanan bangsa Yahudi, menurut pikiran mereka. Mungkin para pemimpin Israel juga mengalami dilema untuk memutuskan semuanya itu. Akhirnya mereka memutuskan untuk membunuh Yesus demi kepentingan mereka, supaya tidak timbul kekacauan politik. Tetapi, jika dilihat dari sisi rohani, memang benar bahwa memang lebih baik Tuhan Yesus menyerahkan diri dan disalibkan, untuk menyelamatkan seluruh dunia.
Simon Petrus dan seorang murid lain mengikut Yesus. Seorang murid lain yang tidak disebut namanya ini sangat mungkin adalah Yohanes, yang menulis Injil ini. Murid lain itu ternyata mengenal imam besar dan ia ikut masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana imam besar. Sedangkan Simon Petrus tinggal di luar, sehingga murid yang lain itu kembali kepada Petrus untuk membawa Petrus ikut masuk ke dalam.
Saat itulah imam besar menanyai Yesus tentang murid-murid-Nya dan juga ajaran-Nya. Imam besar sedang mencari data atau alasan untuk menghukum Yesus. Sebenarnya imam besar dan orang Yahudi tidak perlu bertanya soal pengajaran Yesus, karena Yesus mengajar tidak sembunyi-sembunyi. Yesus sering mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul. Ketika Yesus menjawab imam besar, seorang penjaga yang berdiri di situ menampar muka Yesus, padahal imam besar tidak menyuruhnya melakukan hal itu. Mungkin penjaga itu melakukan hal tersebut supaya imam besar senang kepadanya, bahwa dia sedang membela imam besar.
Kita juga bisa belajar dari kesalahan yang dilakukan oleh penjaga ini. Orang Kristen tidak dilarang untuk menjadi tentara atau polisi. Yang dilarang adalah menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepada tentara dan polisi. Kalau negara dalam keadaan darurat dan genting, maka harus tentara siap untuk diperintah oleh atasannya membela negara. Polisi juga demikian, siap untuk menjaga ketertiban masyarakat dan menegakkan hukum. Yang dilarang adalah ketika mereka melakukan hal yang tidak diperintahkan oleh atasannya, sehingga terkesan menyalahgunakan jabatan dan wewenangnya itu demi kepentingan diri sendiri.
Views: 6