Tuhan Yesus memberikan perintah untuk mengasihi. Seperti Bapa telah mengasihi Yesus, demikian juga Yesus telah mengasihi kita. Karena itu Tuhan Yesus mengundang kita untuk masuk dan tinggal di dalam kasih-Nya. Orang yang berhikmat pasti senang tinggal di dalam kasih Tuhan. Tidak ada kasih yang lebih besar, selain kasih dari Tuhan. Cara supaya kita tinggal di dalam kasih Tuhan adalah dengan menuruti perintah Tuhan. Perintah Tuhan atau firman Tuhan akan banyak kita dengar melalui gereja. Saat ini banyak sekali versi firman Tuhan yang disampaikan, baik di gereja maupun melalui media-media seperti internet. Karena itulah kita harus meminta hikmat dari Tuhan, supaya kita menerima firman yang sehat, yang memberikan pertumbuhan rohani bagi kehidupan kita. Orang yang mendapatkan firman yang sehat, akan menerima berkat rohani.
Tuhan Yesus mengatakan semuanya ini supaya sukacita Yesus ada di dalam kita dan sukacita kita menjadi penuh. Sukacita itu harus dalam satu paket buah roh. Sekali lagi Tuhan Yesus mengulangi perintah-Nya yaitu supaya kita saling mengasihi, seperti Yesus telah mengasihi kita. Kepada orang yang belum percaya kepada Yesus, kita juga harus mengasihi mereka. Kepada sesama orang percaya, kita diperintahakan untuk saling mengasihi. Kita tidak bisa mengharapkan kasih dari orang yang belum percaya kepada Yesus. Mereka belum mengenal kasih Tuhan. Mereka tidak memiliki kasih yang bersifat timbal balik. Karena itu, kitalah yang seharusnya mengasihi mereka terlebih dahulu. Tidak menjadi persoalan seandainya mereka tidak bisa berbalik untuk mengasihi kita.
Jika kita sama-sama di dalam Tuhan, sama-sama mengerti firman Tuhan dan sama-sama merasakan kasih Tuhan, seharusnya kita saling mengasihi. Seharusnya, di dalam keluarga Kristen juga muncul saling mengasihi, karena mereka sudah tahu tentang kasih Tuhan. Kasih yang kita berikan seharusnya adalah kasih yang rela berkorban. Di ayat 13 dikatakan, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Adakah sahabat kita yang berani menyerahkan nyawanya demi kita? Hanya Yesus yang berani melakukan ini. Bahkan Tuhan Yesus, Pencipta alam semesta ini mau menjadi sahabat bagi kita, orang-orang yang berdosa, yang seharusnya tidak mendapatkan kasih yang besar itu.
Orang Kristen yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, adalah orang yang rela mati bagi Tuhan. Bahkan dia rela untuk memikul salibnya setiap hari. Yesus tidak lagi menyebut kita hamba, tetapi menyebut kita sahabat. Jika kita rela mati bagi Tuhan, maka kita pun akan rela untuk melakukan hal-hal yang lebih ringan, seperti melayani Tuhan atau memberikan persembahan yang terbaik kepada-Nya. Atau kita menyerahkan rumah kita bagi pelayanan penginjilan, membiarkan kendaraan kita untuk dipakai bagi pelayanan untuk Kristus. Semua yang kita punya itu harganya lebih sedikit dibandingkan dengan nyawa kita.
Pada waktu itu Yesus telah menetapkan para murid untuk menjadi utusan atau rasul. Tugas mereka adalah untuk pergi memberitakan Injil dan menghasilkan buah. Pemberitaan Injil para rasul ini berdampak sampai sekarang, sehingga saat ini pun kita bisa mendengarkan berita Injil tersebut. Tuhan Yesus kembali mengulangi perkataannya bahwa apa yang diminta oleh orang-orang yang ada di dalam Yesus dan diutus oleh Yesus, akan diberikan oleh Yesus. Dan Tuhan Yesus juga kembali menegaskan perintah-Nya, yaitu untuk mengasihi seorang akan yang lain. Pernyataan dan perintah yang berulang-ulang ini perlu kita lakukan, karena ini pasti sangat penting.
Views: 9