Jelajah PB 362 (Yohanes 13:31-35)

Sesudah Yudas Iskariot pergi, Tuhan Yesus mengajar dan mempersiapkan para murid untuk menghadapi hal-hal yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Tuhan Yesus melihat bahwa salib itu adalah tempat Dia akan dipermuliakan. Salib adalah penderitaan yang sangat dahsyat. Tetapi hal tersebut adalah peristiwa yang membuat Yesus beralih dari manusia yang hina, akan kembali sebagai Tuhan yang penuh dengan kemuliaan. Jika kita mau dimuliakan bersama dengan Tuhan, kita tidak boleh takut dengan kematian. Kematian merupakan peristiwa perpindahan dari dunia yang fana ke sorga yang mulia dan kekal. Kematian adalah peristiwa melepaskan tubuh jasmani yang penuh dengan kelemahan yang kemudian digantikan dengan tubuh kebangkitan yang baru dan yang mulia. Seringkali kita tidak mau melepaskan tubuh jasmani ini, padahal juga sangat menginginkan mengenakan tubuh rohani yang baru.

Pemuliaan Tuhan Yesus akan membuat Yesus terpisah sementara dengan para murid. Sebelum Yesus dan para murid berpisah, Yesus memberikan perintah baru, yaitu supaya kita saling mengasihi. Ini adalah tanda bahwa kita benar-benar murid Tuhan Yesus, yaitu saling mengasihi. Tujuan dari perintah tersebut adalah supaya dunia tahu bahwa orang-orang yang saling mengasihi adalah murid Yesus Kristus. Kita tidak boleh membenci orang lain. Saling mengasihi seharusnya dimulai dari kita, dengan cara mengasihi orang lain terlebih dahulu. Apakah orang yang kita kasihi itu akan berbalik untuk mengasihi kita atau tidak, itu sudah bukan urusan kita lagi. Itu urusan mereka. Sekalipun orang lain itu salah, kita tetap harus mengasihi dia. Jika dia juga murid Tuhan Yesus, maka dia pun pasti akan berbalik untuk mengasihi kita.

Petrus menginginkan dirinya mengikuti Yesus ke manapun Yesus akan pergi. Tetapi Tuhan Yesus berkata bahwa saat itu dia tidak akan bisa mengikuti Yesus. Tetapi akan ada saatnya Petrus akan mengikuti Yesus. Petrus bahkan berani berkata siap untuk memberikan nyawanya bagi Yesus pada saat itu juga. Tetapi Yesus bernubuat bahwa sebelum ayam berkokok pada hari itu, Petrus telah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Petrus rela mati daripada harus berpisah dengan Yesus. Petrus seolah-olah ingin berkata bahwa dia sangat mengasihi Yesus dan mempunyai komitmen yang sangat kuat kepada Yesus. Mungkin dia juga ingin menyatakan bahwa dia bukan murid yang akan melawan atau mengkhianati Yesus.

Kita bisa belajar dari apa yang telah dilakukan oleh Petrus. Sebelum kita melakukan segala sesuatu atau berkata segala sesuatu, sebaiknya dipikirkan terlebih dahulu. Mungkin pada saat ini kita bisa berkata bahwa kita siap untuk mengikut Yesus sampai seumur hidup. Sebaiknya semuanya itu kita katakan terlebih dahulu pada diri sendiri, supaya kita benar-benar siap dengan semua konsekuensinya. Yang terpenting, kita harus sadar bahwa bukan kita yang seharusnya mati bagi Yesus, melainkan Yesuslah yang terlebih dahulu menyerahkan hidupnya bagi kita. Ketika kita menyatakan mati bagi Yesus, maka sebenarnya tidak ada yang bisa kita banggakan. Siapakah kita, sehingga bisa menjadi pahlawan bagi Yesus?

Jika pada saat ini kita mendapatkan kesempatan untuk bersaksi dan melayani Tuhan, maka kesempatan itu harus kita gunakan dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya. Terlebih lagi, kita harus memperlihatkan kepada dunia dan semua orang, yaitu dengan cara mengasihi orang lain. Kasih itu bisa diwujudkan dalam bentuk bantuan, dorongan, motivasi, tegoran yang positif serta pendampingan.

Views: 9

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top