Jelajah PB 95 (Markus 2:18-28)

Sekarang adalah zaman baru. Puasa bukan lagi bentuk ibadah, tetapi puasa adalah cara seseorang untuk serius terhadap sesuatu. Saat ini kita sudah tidak lagi menyembah Tuhan dengan badan kita, tetapi dengan hati. Puasa adalah salah satu ibadah simbolik yang dipakai di Perjanjian Lama dengan menggunakan kesucian badan, bukan kesucian hati. Jika kita saat ini menghadapi sesuatu yang serius dan lebih penting dari sekedar makanan, maka kita bisa berpuasa. Pada saat itulah kita berdoa dan bergumul, sampai kita sendiri tidak mau makan, karena apa yang kita sedang hadapi sangat serius. Puasa tidak boleh dipakai untuk “menyuap” Tuhan, ketika kita menginginkan sesuatu. Puasa yang dipakai untuk menambah “kuasa”, maka puasa itu lebih mengarah kepada hal-hal yang mistis. Karena itu kita perlu hati-hati, karena praktek-praktek ini sering dipakai di perdukungan atau adat istiadat duniawi.

Tuhan Yesus menggambarkan, peralihan ibadah simbolik kepada ibadah hakikat dengan kain dan anggur. Kain baru seharusnya dipakai untuk membuat baju baru, bukan untuk menambal baju lama yang sudah koyak. Demikian juga, anggur baru harus disimpan di dalam kirbat baru. Anggur baru yang disimpan pada kirbat yang lama, akan mengoyakkan kirbat yang lama dan anggur yang baru akan tumpah dengan percuma. Apa yang Tuhan Yesus ajarkan di Perjanjian Baru sebenarnya menggenapi semua pengajaran yang ada di dalam kitab Perjanjian Lama. Inilah yang harus kita ketahui dengan baik, sehingga apa yang kita lakukan saat ini benar-benar merupakan ibadah hakikat, yaitu menyembah Tuhan dengan hati kita.

Demikian juga pada saat para murid memetik gandum pada hari Sabat, orang-orang Farisi yang masih mengikuti ibadah simbolik mengecap apa yang dilakukan oleh para murid Yesus tersebut. Kita bisa melihat bahwa orang Farisi pun sebenarnya adalah pengikut Yesus. Tetapi mereka mengikuti Yesus hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan Yesus yang sebenarnya tidak pernah mereka temukan. Hanya saja mereka belum bisa membedakan antara ibadah simbolik di Perjanjian Lama dengan ibadah hakikat yang Yesus ajarkan di Perjanjian Baru. Kita juga bisa merenungkan kehidupan kekristenan kita pada saat ini, apakah kita mengikut Yesus karena ingin belajar dari Yesus atau mengikut Yesus karena hanya menginginkan berkat atau mujizat saja.

Yesus menjawab orang Farisi itu dengan membandingkan apa yang pernah dilakukan oleh Daud. Daud pernah memakan roti sajian di Rumah Allah karena Daud dan yang mengikutinya sedang kelaparan. Roti sajian itu hanya boleh dimakan oleh para imam, tetapi Daud dan para pengikutnya ikut memakannya. Daud tahu bahwa semua itu adalah simbolik. Daud tidak bermaksud untuk tidak menghormati Tuhan, sehingga pada saat itu Tuhan pun tidak menghukum Daud atas apa yang dilakukannya tersebut.

Yang Tuhan inginkan adalah supaya hati kita tetap menghormati Tuhan, bukan menghormati simbol-simbol. Simbol-simbol dulu pernah dipakai oleh Tuhan untuk mengajarkan bagaimana hormat sesungguhnya kepada yang disimbolkan. Ketika Yesus tiba di dunia, Dia adalah Tuhan atas hari Sabat. Dia adalah Mesias dan Juruselamat yang dijanjikan. Yesus adalah inti dari semua ibadah simbolik dan ibadah ritual di dalam Bait Allah. Karena itulah kitab Taurat dan para nabi berhenti sampai kedatangan Yohanes Pembaptis.

Views: 102

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

2 thoughts on “Jelajah PB 95 (Markus 2:18-28)”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top