Pada waktu itu sebenarnya orang-orang Yahudi mengerti tentang perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. Mereka juga mengerti bahwa sebenarnya Tuhan Yesus sedang menyindir mereka. Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang kebun anggur yang akhirnya diberikan kepada pihak lain untuk dikelola. Yesus Kristus sendiri menggambarkan diri-Nya sebagai batu penjurunya, yaitu batu yang telah dibuang oleh bangsa Yahudi. Oleh pihak lain atau bangsa lain, akhirnya dijadikan sebagai batu penjuru mereka. Di dalam Efesus 2:19-20 dikatakan, “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.” Jemaat dibangun di atas dasar para rasul dan nabi, serta Yesus sebagai batu penjuru.
Kebun anggur yang diceritakan oleh Tuhan Yesus adalah posisi dari kebenaran yang diberikan oleh Tuhan. Tuhan memberikan kewenangan kepada bangsa Yahudi untuk menjaga dan memberitakan kebenaran tersebut. Tuhan memberikan tanggung jawab kepada bangsa Yahudi untuk menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, kemudian mereka berpencar menjadi bangsa-bangsa yang bermacam-macam, diperlukan satu bangsa untuk menjaga kebenaran dan firman Tuhan. Tuhan memberikan tanggungjawab itu kepada bangsa Yahudi, supaya jika ada orang-orang yang ingin belajar kebenaran dan firman Tuhan, maka mereka bisa belajar kepada orang Yahudi. Mereka juga bisa menyembah Tuhan yang diperkenalkan oleh bangsa Yahudi. Tuhan itulah pencipta langit bumi. Tuhan itu juga yang menjanjikan Juruselamat atau Mesias, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal.
Kebun anggur seharusnya menghasilkan buah yang pada akhirnya bisa menyenangkan pemiliknya. Tetapi, ketika sang pemilik datang ke kebun anggur tersebut dan ingin mendapatkan hasil, ternyata pemilik kebun anggur tidak mendapatkan apa-apa. Bahkan orang-orang yang dikirim oleh pemilik anggur itu, yaitu para nabi yang dikirim kepada bangsa Yahudi sebagai orang yang beri kewenangan dan tanggung jawab untuk menggarap kebun anggur tersebut, mereka justru memukul dan membunuh para nabi itu. Itu sudah terjadi di masa Perjanjian Lama.
Memang pada saat Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan tersebut, Tuhan Yesus sedang menyindir orang-orang Yahudi. Akhirnya sang pemilik kebun anggur mengirim anak tunggalnya, karena dipikirnya mereka akan menghormati anak yang dikirimnya itu. Yang dimaksud dengan anak yang dikirim ini tentu adalah Yesus Kristus. Ketika Yesus Kristus datang, justru mereka malah membunuhnya.
Pada waktu Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan ini, Yesus belum masuk pada masa penganiayaan dan pembunuhan. Tetapi Tuhan Yesus sebenarnya sudah menubuatkannya, bahwa mereka akan melakukan itu. Dan orang Yahudi sadar bahwa merekalah yang dimaksudkan dalam perumpamaan itu. Karena itu, mereka mencari cara untuk membunuh serta membinasakan Yesus Kristus. Ketika pemilik kebun anggur tahu bahwa anaknya dibunuh, maka pemilik kebun anggur akan membinasakan para penggarap kebun anggur itu dan menyerahkan kebun itu kepada orang lain. Akhirnya Tuhan mencabut status dan kewenangan bangsa Yahudi yang awalnya sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran. Saat ini, posisi tiang penopang dan dasar kebenaran diberikan kepada jemaat Tuhan, sebagai tubuh Yesus Kristus (1 Tim 3:15). Bangsa Yahudi saat ini bukan lagi sebagai saksi Tuhan. Karena itu, jika pada saat ini orang-orang ingin mencari kebenaran, mereka seharusnya tidak mencarinya kepada orang Yahudi, tetapi mereka harus mencarinya di dalam jemaat.
Views: 34