Perubahan Konsep Ibadah (Jelajah PB 14)

Matius 6:16-24

Di ayat ini, Yesus juga memberikan pengajaran tentang hal-hal yang baru. Intinya, perubahan dari ibadah simbolik jasmaniah menjadi ibadah hakikat, yaitu dengan hati. Setelah memasuki era ini, puasa juga bukan lagi menjadi bagian ibadah. Karena itu, seharusnya tidak ada lagi istilah “ibadah puasa.” Jangan sampai ada yang terjebak dengan menjalankan puasa, seperti yang dilakukan oleh kepercayaan-kepercayaan suku tertentu atau perdukunan. Mereka pergi ke tempat-tempat tertentu seperti gua atau gunung, berpuasa supaya mempunyai kekuatan atau memiliki tubuh yang kebal.

Bolehkan orang Kristen berpuasa? Tentu boleh, tetapi harus dengan pengertian. Yesus dan para murid bersama-sama selama kurang lebih tiga setengah tahun, tidak tercatat mereka pernah berpuasa. Ketika mereka dikritik oleh orang Farisi dan ahli Taurat, justru Yesus menjawab, “….Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada wkatu itu mereka akan berpuasa.” (Matius 9:15b). Mereka akan berpuasa pada saat mereka perlu berpuasa. Yesus ingin mengajarkan bahwa puasa bukan ibadah yang bersifat wajib. Jadi berpuasa di dalam Perjanjian Baru bisa terjadi secara spontan, jika ada masalah yang kita hadapi lebih utama dari soal makan dan minum. Puasa adalah reaksi alami yang dilakukan oleh orang percaya, jika ada sesuatu yang lebih penting (menyita perhatian) daripada soal makan dan minum.

Puasa bukan untuk dilihat orang. Puasa bukan untuk pamer. Jangan sampai ada yang tahu jika kita sedang berpuasa. Tidak ada perlunya orang tahu kita sedang berpuasa, karena sedang ada pergumulan berat yang dihadapi.

Masuk di ayat 19, kita diajar untuk tidak mengumpulkan harta di bumi. Hal ini bukan berarti bahwa kita disuruh untuk menganggur dan tidak bekerja. Tuhan mengharuskan kita untuk bekerja dengan giat, tetapi jangan sampai mengumpulkan harta di bumi. Tuhan menginginkan kita mengumpulkan harta kita di Sorga. Bagaimana caranya? Dengan cara memakai harta yang kita miliki untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan. Untuk melakukan hal-hal yang bersifat menyelamatkan jiwa orang.

Tuhan menginginkan kita ada perubahan dalam bersikap soal harta. Jika Tuhan memberikan berkat kepada kita, sebenarnya kita sedang diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk mengelola harta tersebut di dunia, supaya bisa dipakai untuk kemuliaan Tuhan. Dengan cara seperti itulah kita mengumpulkan harta di Sorga.

Yesus berkata, “Di mana hartamu berada, di situ hatimu berada.” Hal ini sangat penting. Jika kita menyimpan harta di Sorga, maka hati kita akan tertuju kepada Sorga. Demikian juga jika kita menyimpan harta di dunia, maka hati kita akan terus tertuju ke dunia. Mata seseorang akan gelap, jika selalu tertuju kepada harta dan uang. Kita juga tidak bisa mengabdi kepada dua tuan. Uang jangan sampai mengendalikan hati kita. Uang yang ada pada kita harus kita kendalikan. Harusnya Tuhan yang ada di dalam hati kita, bukan uang atau harta. Uang adalah sesuatu yang harus kita kendalikan, bukan sebaliknya.

Views: 13

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top