Matius 6:1-8
Yesus mengajarkan kepada kita supaya kita tidak melakukan kewajiban agama kita untuk dilihat orang. Karena Tuhan menginginkan kita beribadah secara hati. Yang akan dinilai oleh Tuhan adalah keadaan hati orang tersebut, bukan fisiknya. Karena itulah, segala-galanya dilihat dan diperhitungkan dari hati manusia. Yang perlu kita perhatikan dengan baik-baik, Yesus membawa peralihan dari beribadah secara ritual menjadi ibadah dengan hati.
Dalam hal memberi sedekah, Yesus memberikan pilihan, kita mau dihargai oleh Tuhan atau oleh manusia. Kalau kita ingin menyenangkan hati Tuhan, maka kita harus melakukannya dengan hati kita tanpa perlu dilihat oleh manusia. Tetapi jika kita mau dihargai dan dinilai oleh manusia, maka kita bisa melakukannya dengan tubuh kita dan diperlihatkan kepada semua orang. Ibadah yang dilakukan secara lahiriah, akan mudah untuk dilihat dan dipuji orang. Tetapi jika kita melakukannya dengan hati kita dan tidak terlihat oleh orang lain, maka akan dinilai oleh Tuhan yang maha tahu.
Jadi, jika kita ingin memberikan sesuatu kepada orang lain atau ingin melaksanakan firman Tuhan, maka laksanakanlah dengan hati kita. Kecenderungan orang pada saat ini, ketika ingin memberikan sesuatu atau melaksanakan firman Tuhan, kita terdorong untuk mengabadikannya (foto) kemudian dikirimkan ke media sosial, supaya bisa mendapat komentar atau pujian dari orang lain.
Mengenai berdoa di zaman ibadah hakikat, Yesus mengajarkan untuk berdoa secara pribadi. Doa bukan lagi sebuah ibadah, tetapi lebih kepada komunikasi kita dengan Tuhan. Karena itu, ketika kita berdoa, kita harus tahu dan sadar bahwa kita sedang berkomunikasi dengan Bapa kita. Doa seharusnya bukan lagi ritual ibadah. Karena itu tidak ada aturan gaya atau postur tubuh kita pada saat berdoa. Yang Tuhan inginkan adalah hati kita dan kesadaran kita bahwa kita sedang berkomunikasi dengan Dia. Tuhan itu maha tahu, sehingga Dia tahu persis apa yang kita mau dan apa yang akan kita ucapkan. Karena itu katakanlah dalam doa itu, semua ekspresi hati kita secara pribadi. Tuhan tahu apa yang sedang kita pikirkan. Karena itu kita juga bisa berdoa dengan pikiran kita (tanpa perlu diucapkan). Ketika kita sedang berkendara, kita pun bisa tetap berdoa dengan pikiran kita.
Berdoa tidak perlu dilakukan di tikungan-tikungan jalan, supaya jangan dilihat orang. Berdoalah di dalam kamar, artinya supaya ada ketenangan ketika berdoa dan berkomunikasi dengan Tuhan. Tidak perlu juga berdoa di gunung-gunung, goa-goa atau tempat tersembunyi. Sebenarnya kita bisa berdoa di mana saja, tidak perlu mencari tempat-tempat tertentu, karena tidak perlu mencari signal yang kuat (seperti HP). Yang penting tempat itu tenang dan bisa dipakai untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Kapanku dan dimanapun kita ingin berdoa, berdoalah, karena kita bisa berdoa dengan hati dan pikiran kita tanpa orang lain tahu.
Jika berdoa, tidak perlu bertele-tele atau menggebu-gebu. Tidak perlu diulang-ulang. Banyak orang juga berpikir bahwa jika kita berdoa ramai-ramai pasti Tuhan akan dengar. Tetapi belum tentu juga. Kalau orang ramai itu hatinya tidak beres, Tuhan juga tidak mau dengar. Perlukah ribuan atau jutaan orang berkumpul untuk berdoa? Apa bedanya dengan demo? Apakah doa satu orang tidak didengar oleh Tuhan? Doa yang besar kuasanya adalah doa orang benar jika yakin berdoanya (Yakobus 5:16). Selain itu, doa yang paling di dengar oleh Tuhan adalah doa jemaat, karena jemaat adalah tubuh Kristus. Jika kita berkumpul, bersekutu dan berdoa di dalam jemaat (lokal), itulah doa yang paling di dengar Tuhan. Tentunya doa tersebut harus sehati dan sepikir.
Jika ada permintaan tubuh kepada kepala, adakah yang tidak pernah diberikan oleh kepala? Jika bagian perut lapar, maka perut meminta kepada kepala untuk mengusahakan makanan. Maka kepala akan menggerakkan seluruh tubuh untuk mendapatkan makanan. Bukan berarti kita tidak boleh berdoa sendiri-sendiri di rumah. Yang paling utama adalah doa di dalam jemaat, baru kemudian doa secara pribadi-pribadi.
Views: 18