Yesus dan Hukum Taurat (Jelajah PB 11)

Matius 5:17-48

Di bagian ini Yesus ingin menjelaskan mengenai diri-Nya dan hukum Taurat. Mungkin ada orang yang sudah menganggap Yesus membatalkan atau meniadakan hukum Taurat. Yesus datang bukan untuk membatalkan atau meniadakan hukum Taurat, tetapi menggenapinya. Menggenapi artinya apa yang sudah dinubuatkan oleh hukum Taurat, apa yang sudah digambarkan dan disimbolkan oleh hukum Taurat, Yesus yang menyatakannya. Contoh: di dalam hukum Taurat diajarkan bahwa jika manusia ingin masuk Sorga, dia harus beriman kepada Tuhan sambil mengorbankan domba di atas mezbah.  Korban domba itu adalah gambaran Juruselamat yang akan datang, yang dijanjikan oleh Tuhan melalui nubuatan para nabi. Itu adalah gambaran ibadah simbolik. Ibadah simbolik itu digenapi ketika Yesus Kristus datang dan tersalib di atas kayu salib, bagaikan domba yang di bawa di atas mezbah. Jadi penyaliban Yesus Kristus bukan membatalkan ibadah simbolik dan hukum Taurat, tetapi menggenapkannya.

Itu adalah ibadah simbolik yang paling utama di dalam hukum Taurat. Ketika yang terutama sudah digenapi, maka yang lain pun ikut tergenapi. Contoh lain, seperti babi yang disimbolkan sebagai haram, penyakit kusta yang disimbolkan sebagai kenajisan, dll, semuanya selesai. Jadi, memasuki masa sesudah Yesus Kristus datang, kita tidak lagi beribadah secara simbolik, tetapi beribadah secara hakikat. Kita tidak lagi menyembah Tuhan di Yerusalem, tetapi menyembah Tuhan di dalam roh dan kebenaran.

Bahkan Yesus berkata bahwa jika ada orang yang meniadakan hukum Taurat, maka dia pasti dia akan duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi yang mengajarkan dan melakukan hukum Taurat, dia akan duduk di tempat yang paling tinggi. Ini mengambarkan bahwa di Sorga pun kita diadili dan kita akan diberi hadiah sesuai dengan perbuatan kita. Tetapi kita masuk Sorga bukan oleh karena perbuatan kita. Kita masuk Sorga karena dosa kita sudah ditanggung oleh Yesus Kristus. Di dalam hidup kita, di setiap harinya, kita melakukan banyak hal. Itulah yang dihitung untuk menentukan upah kita di Sorga. Demikian juga yang di neraka, ada yang dihukum lebih berat dan lebih ringan.

Ayat 20 adalah inti dari perikop ini. Jika kita tetap dalam ibadah simbolik, itu adalah sebuah kesalahan, karena yang disimbolkan sudah datang. Sekarang bukan saatnya lagi menyembah dengan badan kita, tetapi dengan hati kita. Karena itulah, ibadah kita saat ini tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan cara tertentu. Jika ada yang berkata, “mari kita mengangkat tangan kita untuk menyembah Tuhan”, bukan berarti yang tidak mengangkat tangan tidak sedang menyembah Tuhan. Karena penyembahan kita bukan dari tangan atau kaki atau badan, tetapi dari hati kita.

Ahli Taurat dan orang Farisi saat itu masih terjebak dalam ibadah simbolik dan ritualistik. Mereka tidak mau diubah, sekalipun Sang Hakikat sudah tiba. Saat ini juga masih banyak yang terjebak pada ibadah simbolik. Jika kita tidak memahami ibadah hakikat di dalam Yesus Kristus, tetap terperangkap dalam ibadah simbolik (hukum-hukum Taurat dan sejenisnya), tidak akan bisa masuk ke dalam Sorga.

Di ayat-ayat selanjutnya kita diajak untuk melihat dengan jelas bahwa di zaman ibadah hakikat saat ini, yang dinilai bukan kesucian badan, bukan perbuatan luar saja. Yang dinilai adalah kesucian hati. Kita bisa memperoleh kesucian hati jika ada di dalam Yesus Kristus. Tidak ada gunanya ibadah simbolik jika tidak membereskan hati. Hatilah yang paling penting, bukan ibadah lahiriah. 

Tuhan juga memberikan hukum yang baru bahwa, tidak ada lagi perceraian. Seorang laki-laki hanya boleh mempunyai satu istri, demikian juga sebaliknya. Hanya kematian yang bisa menceraikan hubungan suami istri.

Orang Kristen tidak perlu bersumpah. Karena seharusnya perkataan orang Kristen sudah pasti benar dan jujur. Sumpah adalah cara untuk meyakinkan pihak lain bahwa kita berkata benar. Jika orang Kristen sepanjang hidupnya perkataannya sudah benar dan bisa dipercaya, tidak perlu bersumpah. Yang iya dikatakan iya dan tidak dikatakan tidak.

Ayat 38-42, Yesus mengajarkan kita supaya kita bisa melakukan lebih dari yang dituntut. Bagi yang menyembah dengan hati, marilah kita melakukan sesuatu lebih dari yang dituntut, karena kita telah diubahkan dari dalam.

Yesus dalam ayat-ayat ini mengajarkan tentang kebalikan. Apa yang biasa dilakukan oleh orang dunia, Yesus menyuruh untuk melakukan kebalikannya. “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (ayat 48). Kita sempurna ketika kita menyembah Tuhan dengan hati kita, perubahan dari dalam diri bukan dari luar yang dipaksakan.

Views: 125

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top