Imamat 25:1-7
Pasal ini berbicara mengenai Sabat. Yang dijelaskan bukan Sabat biasa atau Sabat mingguan, tetapi ini adalah Sabat tahunan. Sepanjang kitab Imamat, selalu ada penekanan di angka tujuh, misalnya: hari ketujuh, bulan ketujuh dan tahun ketujuh. Bulan ketujuh di dalam kalender Israel menjadi bulan yang khusus, karena pada bulan itu ada banyak hari raya. Di tanggal satu bulan ketujuh ada perayaan tahun baru dan peniupan serunai, tanggal sepuluh ada hari raya pendamaian, di pertengahan bulan ada perayaan Pondok Daun selama tujuh hari. Bulan ketujuh menjadi bulan yang spesial, bulan Sabat.
Sekarang, Tuhan menyatakan ada tahun ketujuh. Tahun ketujuh ini adalah tahun Sabat. Aturan mengenai Sabat ini adalah aturan seremonial dan sipil. Artinya, Sabat ini tidak mengikat kita pada hari ini. Sabat ini khusus bagi orang Israel, serta dalam kondisi khusus ketika berada di tanah Kanaan. Di ayat 2 dengan jelas dikatakan bahwa perintah ini harus dilakukan pada saat orang Israel telah masuk ke negeri yang akan diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Peraturan ini belum diterapkan pada saat orang Israel masih berada di padang gurun.
Karena itu, Sabat tidak bisa diterapkan pada zaman gereja ini. Gereja tidak ada perintah untuk melaksanakan hari Sabat, bulan Sabat dan tahun Sabat. Memang ada kelompok Kristen yang masih memberlakukan Sabat ini, tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan hukum Taurat yang penuh. Aturan ini memang tidak akan bisa diterapkan di luar Israel, karena Tuhan sudah membuatnya sedemikian rupa. Aturan Sabat ini tidak akan bisa diterapkan di tempat yang tidak memiliki lahan pertanian atau perkebunan.
Meskipun kita tidak bisa menerapkan Sabat pada hari ini, tetapi ada hal-hal yang bisa kita pelajari. Angka tujuh sudah dipakai oleh Tuhan dari sejak penciptaan untuk menggambarkan kesempurnaan. Tuhan berhenti menciptakan pada hari ketujuh sekaligus memberikan pola waktu kerja kepada manusia secara umum. Selain kitab Imamat, kitab yang memuat banyak angka tujuh adalah kitab Wahyu. Bukan berarti hari ini kita mengkultuskan angka tujuh atau angka-angka tertentu lainnya. Yang perlu kita mengerti, ketika di dalam Alkitab ada angka tujuh, maka itu merupakan gambaran dari kesempurnaan atau terselesaikan.
Di tanah Kanaan dan sekitarnya, beberapa kali terjadi kelaparan. Pada saat itu, kondisi tanah tidak bisa menghasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa tanah juga perlu istirahat, sehingga tidak bisa menghasilkan apa-apa di waktu-waktu tertentu. Kondisi seperti ini yang menjadikan peraturan Sabat sesuai dengan keadaan di Kanaan. Aturan Tuhan membuat orang Israel tidak dirugikan dan bisa berhikmat dalam mengerjakan segala sesuatu.
Di tahun Sabat, orang Israel tidak diperbolehkan untuk mengerjakan tanah. Tetapi mereka tetap diperbolehkan untuk mengambil hasil tanah di tahun itu, apa pun yang dihasilkan oleh tanah itu. Tuhan akan memberkati mereka, sehingga tanpa dikerjakan sekalipun tanah itu akan menghasilkan makanan yang baik. Hasil tanah itu juga akan menjadi makanan bagi ternak dan binatang liar.
Views: 20