Imamat 27:14-34
Tidak jarang ada nazar untuk mempersembahkan harta benda bagi Tuhan, seperti rumah atau ladang. Tuhan mengatur semuanya itu bagi bangsa Israel. Rumah yang berada di wilayah kota, merupakan hak milik pribadi. Jika rumah itu dipersembahkan kepada Tuhan, maka bisa segera dilakukan. Rumah itu bisa dipakai oleh imam atau orang Lewi. Rumah itu juga bisa dijual dan uangnya digunakan untuk Bait Suci. Jika ingin menebus rumah tersebut, perlu ditambah seperlima dari harga pasaran rumah.
Saat ini kita juga bisa mempersembahkan rumah, tanpa harus meninggalkan rumah tersebut. Misalnya, kita menyediakan diri supaya rumah yang ditempati bisa digunakan untuk persekutuan atau kebaktian yang terjadwal. Banyak gereja muncul justru diawali dari persekutuan di rumah. Di zaman kekristenan mula-mula, rumah-rumah yang digunakan untuk mengadakan persekutuan. Mereka tidak langsung menggunakan gedung khusus.
Ladang atau tanah juga bisa dipersembahkan kepada Tuhan. Untuk persembahan seperti ini di zaman sekarang, cukup sederhana. Tetapi di zaman bangsa Israel, mempersembahkan tanah cukup rumit. Tanah bukan milik orang Israel, tetapi milik Tuhan. Sesuatu yang sudah menjadi milik Tuhan mau dipersembahkan lagi kepada Tuhan. Jual beli tanah ini akan berkaitan dengan tahun Yobel. Di tahun Yobel, semua tanah yang telah dijual akan kembali kepada pemilik pusaka pertama. Ketika seseorang membeli tanah, sebenarnya dia sedang membeli hasil panen yang akan dihasilkan oleh tanah itu.
Pada zaman Imamat, ada beberapa barang yang tidak boleh dinazarkan bagi Tuhan. Semuanya itu sebenarnya memang sudah menjadi milik Tuhan, antara lain: anak sulung, orang-orang yang sudah mendapatkan hukuman mati dan memang harus dilenyapkan dari muka bumi. Orang-orang yang harus dilenyapkan ini biasanya adalah musuh dalam peperangan yang memang sudah dikhususkan bagi Tuhan. Ketika bangsa Israel masuk ke Yerikho, semua hasil rampasan perang memang dikhususkan bagi Tuhan, sehingga tidak bisa dinazarkan.
Persepuluhan juga tidak bisa dinazarkan bagi Tuhan, karena persepuluhan sudah menjadi kewajiban yang harus dikembalikan kepada Tuhan. Jika kita mau berjanji kepada Tuhan, maka yang dijanjikan itu seharusnya memang bukan yang harus dikembalikan kepada Tuhan. Misalnya, persepuluhan tidak bisa dijanjikan karena memang persepuluhan merupakan bentuk ketaatan kita kepada Tuhan. Tanpa berjanji pun seharusnya kita mengembalikan persepuluhan itu.
Semua perintah Tuhan sudah disampaikan kepada bangsa Israel melalui Musa. Perintah-perintah ini menjadi hukum bagi bangsa Israel. Beberapa di antaranya, secara prinsip masih biga kita gunakan di dalam kehidupan masa kini. Imamat ditutup dengan aturan tentang nazar atau janji kepada Tuhan. Kita bisa mulai berjanji kepada Tuhan dari hal-hal yang sederhana, seperti misalnya membaca firman Tuhan setiap hari. Kita jangan sembarangan bernazar, karena sekali bernazar maka kita harus menepatinya.
Views: 23