Imamat 27:1-7
Pasal 27 menjelaskan tentang hal-hal yang dilakukan secara sukarela oleh manusia, yaitu mengenai nazar. Nazar merupakan janji manusia kepada Tuhan. Ada hal-hal yang diwajibkan sesuai dengan peraturan dan ketetapan Tuhan, ada juga hal-hal yang dijanjikan dan dilakukan oleh manusia kepada Tuhan secara sukarela. Tuhan tidak memberi perintah dan menuntut manusia untuk bernazar. Karena itu, nazar menjadi ucapan syukur yang meluap dari hati manusia, yang ditujukan kepada Tuhan.
Di Perjanjian Lama, uang belum banyak dipakai. Biasanya mereka menggunakan logam mulia seperti emas atau perak, dihitung sesuai dengan timbangannya. Mereka juga tidak jarang mempersembahkan dirinya secara fisik, bahkan mempersembahkan orang lain yang telah menjadi budaknya atau anaknya sendiri. Memang yang seperti ini nampak aneh bagi kita di masa sekarang yang melakukan transaksi atau memberi persembahan dengan nilai mata uang.
Sama seperti kita pada hari ini, ketika sudah percaya kepada Yesus Kristus, kita pun bisa mempersembahkan diri kita kepada Tuhan. Di dalam Roma 12:1 dikatakan, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Paulus tidak mengharuskan, tetapi menasihatkan. Persembahan itu dilakukan dengan sukarela, sama seperti nazar di Perjanjian Lama. Di dalam Roma 6:13 dikatakan, “Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekaran hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.”
Paulus memberi nasihat kita untuk mempersembahan tubuh kita untuk melayani Tuhan, untuk menghambakan diri kepada Tuhan. Konsep ini hampir sama dengan yang dilakukan di dalam kitab Imamat, yaitu mempersembahkan dirinya atau orang lain untuk pekerjaan Tuhan. Seharusnya, motivasi dari semua ini adalah kasih kepada Tuhan. Bagian ini sepertinya sengaja ditaruh di bagian akhir dari kitab Imamat. Setelah semua kewajiban yang harus dilakukan oleh orang Israel, ada kesempatan bagi mereka untuk memberi persembahan dengan sukarela.
Tidak ada penyembahan yang sempurna, jika semuanya itu dilakukan karena terpaksa atau karena mengikuti aturan saja. Spontanitas kasih manusia kepada Tuhan juga sangat penting dan sangat dihargai oleh Tuhan. Di dalam Mazmur 116:12 dikatakan, “Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?” Kasih kepada Tuhan itulah yang seharusnya memotivasi kita.
Tuhan tidak pernah memerintahkan kita untuk berjanji kepada Tuhan. Tetapi, jika kita sudah berjanji, maka kita harus menepatinya. Tuhan tidak pernah memaksa kita untuk berjanji, untuk mempersembahkan ini dan itu. Jika kita sudah berjanji, maka jangan sampai kita melanggarnya. Kita harus mengingat peristiwa Ananias dan Safira yang telah membohongi Roh Kudus. Karena itu, lebih baik kita berjanji dengan sesuatu yang bisa kita tepati, atau tidak berjanji sama sekali karena memang tidak tahu apakah bisa menepatinya atau tidak.
Views: 29