Kejadian 22:3-5
Ketika Tuhan memberi perintah kepada Abraham, maka Abraham segera melakukannya dengan taat. Ia tidak menunda untuk melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Abraham untuk mempersiapkan diri berangkat ke tempat yang Tuhan sudah tunjukkan. Ini adalah keputusan dan sikap yang perlu kita contoh. Terlalu banyak orang yang suka menunda-nunda untuk melakukan perintah Tuhan. Bahkan seringkali perintah itu tidak jadi dilakukan.
Penundaan tidak akan membawa hasil. Penundaan akan membuat malas, sehingga hal-hal yang seharusnya dikerjakan, tidak dikerjakan dengan baik. Ketaatan yang tertunda adalah ketidaktaatan. Jika kita ingin taat kepada Tuhan, hal yang harus kita lakukan adalah segera melakukan perintah dan firman Tuhan itu. Bisa saja Abraham tidak tidur memikirkan perintah Tuhan yang sulit dan berat itu. Abraham kemungkinan besar juga tidak memberitahukan hal itu kepada Sara dan kepada Ishak. Jika Sara mengetahui hal itu, bisa dipastikan bahwa Sara tidak akan setuju.
Perintah yang berat itu, dilakukan Abraham dengan segera. Tidak mudah untuk memikirkan dan melakukan hal ini. Tetapi Abraham memiliki iman yang kuat kepada Tuhan. Ia juga sangat taat kepada Tuhan. Dia tidak mau meragukan kuasa dan kehendak Tuhan. Abraham sudah banyak mendapatkan pengalaman bersama Tuhan. Selama ini ia merasakan bahwa Tuhan tidak pernah merugikan dia. Meskipun Abraham belum tahu akhir dari kisah ini, tetapi ia tetap taat dan percaya kepada Tuhan.
Pagi itu Abraham memasang pelana keledainya dan memanggil dua bujangnya beserta dengan Ishak, anaknya. Abraham juga mempersiapkan kayu bakar yang akan dipakai untuk korban bakaran. Abraham menuju ke tanah Moria, yang sebenarnya dekat dengan Yerusalem. Pada hari ketiga perjalanan mereka, Abraham sudah bisa melihat tanah Moria itu dari kejauhan. Maka Abraham memberi perintah kepada bujangnya untuk tinggal dengan keledai. Abraham dan Ishak meneruskan perjalanan mereka menuju ke tanah Moria.
Di dalam perkataannya, Abraham penuh dengan iman. Ia mengatakan, “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.” Apa yang akan ia lakukan adalah bentuk penyembahan yang akan ia sampaikan kepada Tuhan. Perintah ini tidak dilihat oleh Abraham sebagai sesuatu yang berat dan menyedihkan. Perintah ini dilakukan sebagai bentuk penyembahan Abraham kepada Tuhan.
Abraham tahu bahwa ia harus mempersembahkan miliknya yang paling berharga. Inilah penyembahan yang tulus, yang ingin dipersembahkan kepada Tuhan. Selain itu, dengan iman Abraham mengatakan, “kami akan kembali kepadamu.” Meskipun ia sudah siap untuk mempersembahkan Ishak kepada Tuhan, tetapi Abraham memiliki keyakinan bahwa mereka berdua akan kembali lagi. Dalam ketaatannya, Abraham percaya bahwa Ishak tidak akan mati menjadi korban itu.
Di dalam Ibrani 11:17-19 dijelaskan bahwa pemikiran Abraham penuh dengan iman. Abraham sudah berpikir akan mengorbankan Ishak. Tetapi Abraham juga berpikir, jika ia harus membunuh Ishak, maka Tuhan akan membangkitkan ia kembali dari antara orang mati. Ishak adalah anak perjanjian dan Abraham yakin bahwa Tuhan akan menepati janji itu.
Views: 27