Suami Mengasihi Istri (Jelajah PL 93)

Kejadian 23:3-20

Di dalam kehidupan rumah tangga, bukan hanya istri yang harus tunduk kepada suami, tetapi suami juga dituntut untuk mengasihi istri. Suami diberi perintah untuk mengasihi istri, seperti Tuhan mengasihi jemaat. Ketika Yesus Kristus mengasihi jemaat, Ia rela menyerahkan Diri-Nya bagi jemaat. Yesus Kristus rela mati bagi jemaat. Suami yang benar, seharusnya ia rela menyerahkan nyawanya untuk istrinya. Jika ia rela menyerahkan nyawa demi istri, maka untuk hal-hal yang lain, suami itu pasti sangat mengasihi istrinya.

Kunci rumah tangga Kristen yang bahagia yaitu saat kedua belah pihak bisa melakukan peran masing-masing, sesuai dengan firman Tuhan. Suami mengasihi istrinya seperti Tuhan mengasihi jemaat. Suami mengasihi istri bukan karena istrinya, tetapi karena Tuhan. Jika Kristus harus menunggu jemaat hidup baik baru dikasihi, maka tidak ada di antara kita yang akan dikasihi oleh Tuhan. Kristus mengasihi jemaat, bahkan pada saat jemaat gagal untuk menaati firman Tuhan.

Seorang suami, sebagai kepala rumah tangga, seharusnya memulai segala sesuatu, demi keharmonisan rumah tangganya. Suami seharusnya mempraktikkan firman Tuhan terlebih dahulu, kemudian menuntun istri dan anak-anaknya. Jangan sampai yang terjadi justru sebaliknya. Jika kita teliti lebih dalam, saat ini justru banyak istri yang lebih berperan dan dominan dibandingkan dengan suami. Jika hal ini terjadi, cepat atau lambat, keluarga tersebut akan mengalami kekacauan.

Memang Sara pernah tidak taat dan tunduk kepada Abraham, yaitu ketika Sara menyerahkan Hagar untuk menjadi istri Abraham. Tetapi ketidak-tundukan Sara itu mengakibatkan masalah yang sangat besar. Bagaimanapun juga, ajaran yang disampaikan oleh Alkitab ini sempurna. Sekali saja tidak melakukan firman Tuhan atau sengaja melanggar firman Tuhan, maka masalah dan malapetaka akan terjadi.

Pada saat Sara meninggal, sepertinya Abraham sedang tidak bersama dengan Sara. Karena itu Abraham datang dan meratapi serta menangisinya. Sara dikuburkan di tanah Kanaan. Abraham tidak membawa Sara kembali ke tanah kelahiran mereka, di Ur-Kasdim. Biasanya, ada saja pesan orang sebelum meninggal, ingin dimakamkan di tempat tertentu, atau mintai dibawa kembali ke tanah kelahirannya. Hal ini menjadi bentuk iman Abraham, bahwa tanah Kanaan akan menjadi milik Abraham dan keturunannya.

Abraham dan Sara adalah orang yang melihat janji Tuhan dari jauh, tetapi tidak merasakannya. Abraham dan Sara sudah mendapatkan janji akan memiliki tanah itu. Tetapi, sampai hari kematian mereka, janji itu sepertinya tidak tergenapi. Mereka tidak merasakan bahwa tanah itu sudah menjadi miliknya. Mereka hanya bisa melihat dengan iman. Bahkan sebidang tanah kecil untuk menguburkan istrinya, Abraham juga belum punya.

Abraham berkata bahwa ia adalah orang asing dan pendatang di antara orang-orang Kanaan. Tetapi iman Abraham dinyatakan. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Saat kita beriman kepada Yesus Kristus, kita pun tidak bisa melihat Yesus secara langsung. Karena itu Yesus berkata, berbahagia orang yang tidak melihat namun percaya.

Views: 23

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top