Kejadian 7:1
Di pasal sebelumnya telah dijelaskan bahwa keadaan manusia sangat buruk dan rusak. Kejahatan manusia sangat besar di bumi. Semua kecenderungan hati manusia membuahkan jahat semata-mata. Kita tidak bisa membayangkan, seperti apa keadaan dan kekacauan yang terjadi pada zaman itu. Tuhan Yesus pernah menyatakan dalam Matius 24, bahwa sebagaimana kekacauan yang terjadi di zaman Nuh, demikian juga yang akan terjadi di akhir zaman. Saat ini kita melihat, memang sedang menuju ke arah itu, kerusakan moral yang sangat besar.
Dunia yang sudah rusak itu, masih menyisakan orang-orang yang kuat dan hidup benar di mata Tuhan. Pada zaman itu, orang yang benar adalah Nuh. Nuh dibenarkan karena iman, karena kepercayaannya kepada Tuhan. Di dalam Roma 4:1 dst, dijelaskan bahwa tokoh-tokoh Perjanjian Lama dibenarkan karena iman. Apa yang dilakukan oleh Nuh, tidak terlepas dari imannya. Iman Nuh adalah iman yang menghasilkan perbuatan yang baik dan benar. Itulah yang membuat ia hidup tidak bercela di hadapan Tuhan (Kej 6:11).
Di dalam Ibrani 11:7 dikatakan, “Karena iman, maka Nuh – dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan – dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.” Salah satu ekspresi iman Nuh adalah melaksanakan perintah dengan tepat untuk membuat bahtera.
Pada waktu itu, tidak mudah untuk membuat bahtera, jika kita melihat beberapa hal yang terjadi di sekitar Nuh. Tuhan memberitahu akan terjadi air bah. Nuh sendiri belum tahu tentang peristiwa air bah. Nuh tidak tahu apa yang akan terjadi. Nuh bahkan belum pernah melihat hujan, karena zaman itu belum ada hujan (Kej 2:4-6). Karena belum ada hujan, maka siklus air tidak terjadi seperti saat ini. Hanya ada uap air yang membasahi bumi.
Nuh membuat bahtera ini sekitar seratus tahun. Selama itu, Nuh terus memberitakan keselamatan kepada orang-orang di zamannya. Hal ini bisa kita ketahui dari 2 Petrus 2:5, “…dan jika Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik;” Nuh disebut sebagai pemberita kebenaran. Artinya, Nuh memberitakan kebenaran kepada orang sezamannya.
Bisa dibayangkan bahwa ratusan tahun ia membangun bahtera itu, banyak orang yang mengejek dan mentertawakan dia. Dalam situasi itu, Nuh tidak goyah. Dia terus memberitakan kebenaran itu kepada orang-orang yang mengejeknya. Selama ratusan tahun itu, tidak ada yang mendengarkan pemberitaan kebenaran yang disampaikan oleh Nuh. Jika kita saat ini menjadi pemberita Injil, kita patut bersyukur jika ada banyak orang yang mau mendengar pemberitaan kita.
Dari peristiwa ini, kita bisa melihat bahwa jumlah (kuantitas) bukanlah penentu dari kebenaran. Ini yang perlu kita perhatikan dengan baik, karena saat ini seringkali kita diperhadapkan dengan berbagai macam keputusan yang diambil dengan suara terbanyak. Gereja dengan jemaat yang banyak, seringkali menjadi penentu kebenaran, dijadikan standar keberhasilan. Standar kebenaran bukan jumlah, tetapi firman Tuhan yang dicatat di dalam Alkitab.
Views: 30