Binatang Haram dan Halal (Jelajah PL 33)

Kejadian 7:2-4

Kebenaran tidak bisa dihitung secara jumlah, atau istilah sekarang sering disebut dengan demokrasi. Jika dihitung dengan cara demokrasi, Nuh akan kalah. Jumlah Nuh dan keluarga hanya hanya delapan orang, dibanding dengan jutaan atau bahkan milyaran orang pada waktu itu. Orang-orang yang ada di zaman Nuh sudah sangat banyak. Jika kita melihat kembali silsilah yang ditulis di pasal sebelumnya, dari Adam sampai air bah, ada sekitar seribu enam ratus tahun. Jika laju pertambahan manusia berjalan normal, bisa sampai lima milyar orang.

Kemungkinan pada waktu itu, laju pertumbuhan manusia lebih tinggi. Manusia pada waktu itu hidup bisa sampai ratusan tahun. Mereka masih bisa beranak cucu, meskipun usianya sudah ratusan tahun. Tidak bisa dibayangkan jika ada pertemuan keluarga, bisa saja ribuan orang berkumpul dari berbagai macam generasi. Jika dihitung satu generasi empat puluh tahun, maka Adam masih bisa melihat keturunannya yang ke dua puluh dua. Manusia yang berjumlah sangat banyak itu, mati dalam air bah.

Dari semua binatang yang ada di muka bumi pada zaman Nuh, yang tidak haram diambil tujuh pasang, jantan dan betina. Untuk binatang yang haram, satu pasang, jantan dan betina. Setelah itu, Tuhan akan menurunkan hujan dan menghapus semua makhluk hidup yang bernafas dari hidung, yang ada di muka bumi. Tuhan melakukan ini semua, karena ingin menyelamatkan orang yang benar.

Mengenai air bah, ada banyak orang yang meragukan bahwa hal ini terjadi. Ada saja yang tidak percaya bahwa air bah ini menutup seluruh bumi. Air bah ini bukan tsunami atau banjir biasa yang hanya terjadi di tempat tertentu. Tetapi air bah ini dicatat di dalam Alkitab, benar-benar menutupi keseluruhan muka bumi. Kata air bah dalam bahasa aslinya adalah “mabul”, kata khusus dalam bahasa Ibrani yang menerangkan tentang air bah, bukan mengacu pada banjir biasa.

Jika air bah ini tidak menutupi seluruh bumi, maka Tuhan tidak perlu memberi perintah kepada Nuh untuk membawa segala binatang yang ada. Mengenai binatang haram atau halal, baru ada aturannya setelah penurunan hukum Taurat. Tetapi sebelum aturan itu berlaku, ternyata Tuhan sudah memberitahukan tentang hal itu. Binatang yang halal diambil lebih banyak, karena binatang itu yang biasanya cocok dipakai untuk persembahan kepada Tuhan.

Di dalam Perjanjian Baru, tidak ada lagi yang dihalalkan dan diharamkan. Tidak ada kepentingan lagi untuk mempersembahkan korban, karena Sang Hakikat, yaitu Yesus Kristus, telah hadir dan mengorbankan diri. Di dalam Kisah Para Rasul 10:15b dikatakan, “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” Perkataan Tuhan ini disampaikan, ketika Petrus diperhadapkan dengan berbagai macam binatang yang disuguhkan untuk dimakan.

Di dalam 1 Korintus 6:12 dikatakan, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.” Meskipun segala sesuatu halal, bukan berarti segala sesuatu bisa dimakan. Jangan sampai kebebasan ini membuat kita justru dikuasai (kecanduan) oleh makanan atau minuman tertentu.

Views: 34

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top