Pasangan Yang Seiman (Jelajah PL 116)

Kejadian 28:6-9

Bagi kita saat ini, terutama untuk kaum muda, mencari pasangan memang harus sesuai dengan firman Tuhan. Tujuan dari pernikahan yang paling utama adalah menjadi gambaran terhadap hubungan antara Tuhan dengan jemaat-Nya. Ini adalah gambaran besar dan menjadi tanggungjawab bagi orang percaya. Ketika kita menikah dengan orang-orang yang seiman, maka kita akan lebih mudah untuk mengajarkan anak-anak tentang kehidupan rohani.

Di dalam 2 Korintus 6:14 dikatakan, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” Sebaiknya kita tidak menjalin hubungan yang menuju kepada pernikahan, dengan orang-orang yang tidak seiman. Percuma saja kita memiliki banyak alasan, yang sepertinya tujuannya adalah baik, tetapi sebenarnya hanya untuk pembenaran saja.

Beberapa pasangan mungkin berhasil untuk membuat pasangannya yang awalnya tidak seiman menjadi seiman. Tetapi yang tidak berhasil tentu lebih banyak. Yang berhasil pun harus mengorbankan banyak hal, demi tercapainya tujuan itu. Kita pun jangan sampai terjebak dengan orang-orang yang hanya sementara ikut ke gereja, tetapi setelah itu mereka kembali kepada kepercayaannya yang semula. Akan banyak air mata dan sakit hati untuk menyatukan pasangan yang tidak seiman ini.

Ketika kita menikah dengan orang-orang yang tidak seiman, sebenarnya kita sedang mengkompromikan iman dari anak-anak yang Tuhan berikan kepada kita. Anak-anak seharusnya dibimbing di dalam Tuhan sejak kecilnya. Orang tua seharusnya sehati untuk membimbing anak-anak itu di dalam Yesus Kristus. Tetapi ketika salah satu dari orang tua tidak percaya kepada Yesus Kristus, maka hak anak untuk mendapatkan pengajaran tentang Tuhan menjadi sangat berkurang. Kemungkinan anak-anak itu diselamatkan, menjadi lebih kecil.

Dalam hal perjalanan hidup pernikahan, Ishak berbeda dengan Yakub. Kepada Ishak, Abraham memperingatkan Ishak supaya tidak meninggalkan tanah Kanaan. Ribka harus dibawa ke tanah Kanaan, bukan Ishak yang keluar dari tanah Kanaan. Tetapi untuk Yakub, justru Yakub diperintahkan pergi oleh Ishak. Memang pada saat itu situasinya berbeda. Yakub sedang dalam kondisi yang tidak baik, karena Esau berencana untuk membunuhnya. Karena itu, Yakub harus pergi untuk sementara waktu.

Tuhan mengizinkan Yakub untuk meninggalkan tanah Kanaan. Sepertinya Tuhan ingin membentuk karakter Yakub, supaya lebih kuat dan tidak lemah. Yakub akan menjadi bapa bagi dua belas suku Israel. Dua belas anak itu memiliki karakter yang berbeda-beda. Bahkan dua belas suku Israel itu akan menjadi bangsa yang terkenal tegar tengkuk. Untuk membentuk dua belas anak itu menjadi orang-orang yang mengasihi Tuhan, sangat tidak mudah.

Yakub akan melalu banyak hal, yang akan terjadi di tempat Laban. Tuhan memakai situasi-situasi sulit yang akan dialami oleh Yakub. Tuhan memakai kesendirian Yakub untuk membentuk karakternya. Ketika kita jauh dan terpisah dari sanak saudara, maka kita akan belajar mandiri.

Views: 28

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top