Anak-Anak Allah (Jelajah PL 26)

Kejadian 6:1-5

Di pasal sebelumnya, kita diajak untuk melihat dengan jelas mengenai keturunan yang pada akhirnya tertuju pada Sang Juruselamat. Nama keturunan terakhir yang dibahas di pasal sebelumnya, sampai kepada Nuh. Kita sudah banyak yang mengetahui tentang siapa Nuh itu. Dari pasal enam sampai sembilan di dalam kitab ini, akan menceritakan tentang peristiwa air bah yang terjadi pada zaman Nuh, setelah Metusalah mati. Air bah menjadi peristiwa yang sangat penting di dalam sejarah kehidupan manusia. Dampak dari air bah sangat dahsyat, bahkan sampai saat ini. Meskipun demikian, banyak juga yang menyangkal dan tidak mau percaya bahwa peristiwa ini pernah terjadi.

Di dalam Matius 24:39 dst, dikatakan bahwa peristiwa air bah adalah gambaran tentang peristiwa kedatangan Anak Manusia. Yesus Kristus, sebagai otoritas tertinggi dan Sang Firman, memberi penjelasan kepada kita bahwa air bah itu memang benar-benar terjadi. Situasi sebelum terjadi air bah akan sangat mirip dengan situasi dunia sebelum kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Hal ini seharusnya membuat kita penasaran dengan kondisi kehidupan manusia sebelum air bah itu terjadi. Sangat penting bagi kita untuk mempelajari ayat-ayat ini, supaya mendapatkan gambaran tentang keadaan manusia sebelum terjadi air bah.

Semenjak manusia jatuh ke dalam dosa, benih dosa terus ditaburkan, dosa itu berkembang sangat cepat. Adam yang berdosa, tidak lama setelah itu, anaknya yang pertama sudah melakukan dosa, yaitu membunuh Habel. Keadaan dunia setelah itu dijelaskan bahwa dosa semakin merajalela. Dikisahkan bahwa anak-anak manusia bertambah banyak. Ada juga disebutkan tentang anak-anak Allah yang mengambil istri dari antara perempuan yang ada, siapa saja yang disukai mereka. Ternyata hal tersebut membuat Tuhan murka.

Di ayat 5 dikatakan bahwa kejahatan manusia pada waktu itu besar di bumi. Bahkan segala kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata. Kejahatan manusia itu telah dijelaskan di ayat 1-4. Memang sepertinya tidak terlalu jelas, kejahatan seperti apa yang dilakukan oleh manusia pada waktu itu, sehingga menimbulkan murka Tuhan.

Dalam hal ini ada beberapa penafsiran mengenai perilaku manusia yang tercatat di ayat 1-4. Ada kontroversi mengenai penafsiran tentang “anak-anak Allah” yang mengambil istri perempuan. Kita perlu meneliti lebih dalam tentang “anak-anak Allah” yang disebutkan di sini. Istilah ini di bahasa aslinya adalah “bene Elohim”. Istilah ini hanya ada tiga kali di luar pasal 6 ini. Selebihnya muncul di dalam kitab Ayub. Kitab Ayub sendiri diprediksi sebagai salah satu kitab tertua di dalam Alkitab. Ada yang menyatakan bahwa kitab Ayub diperkirakan sebelum Abraham lahir.

Di dalam Ayub 1:6 dijelaskan ada anak-anak Allah dan Iblis yang menghadap Tuhan. Anak-anak Allah yang dimaksud di dalam kitab Ayub ini adalah malaikat, dengan kata yang sama, yaitu ‘bene Elohim’. Demikian juga yang tercatat di dalam Ayub 2:1 dan Ayub 38:7. Bisa disimpulkan bahwa istilah “anak-anak Allah” ini mengacu pada malaikat. Jika demikian, maka istilah “anak-anak Allah” yang tertulis di dalam kitab Kejadian ini juga bisa ditafsirkan ‘malaikat’.

Views: 47

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top