Masa Penuaian Besar (Jelajah PB 1104)

Wahyu 14:12-20

Sebagai orang percaya, kita harus bertekun. Kita mendapatkan posisi sebagai orang-orang kudus, yang seharusnya menuruti perintah Tuhan dan memiliki iman kepada Yesus Kristus. Selanjutnya Yohanes mendengar suara dari Surga: Tuliskan: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini. Sungguh, kata Roh, supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.”

Kita seharusnya mati di dalam Tuhan, bukan di luar Tuhan. Artinya, kita dipanggil Tuhan dalam kondisi sudah bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus. Perbuatan yang kita lakukan di dunia ini, tentu perbuatan yang baik dan benar, akan menjadi penilaian atau diuji, untuk mendapatkan mahkota (hadiah) dari Tuhan. Kita tidak masuk Surga karena perbuatan. Kita masuk Surga karena iman percaya kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Perbuatan kita akan menyertai kita setelah kita mati, untuk ditukar dengan hadiah dari Tuhan.

Setelah itu Yohanes melihat, ada awan putih dan di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya. Jika kita mengingat tentang penuaian ini, kita bisa melihat kembali di Matius 13. Di perumpamaan kedua, ada yang menabur gandum tetapi tiba-tiba yang muncul adalah tumbuhan ilalang. Ketika pekerja ingin mencabut lalang yang tumbuh, tuannya tidak memperbolehkan.

Tuan itu memerintahkan supaya membiarkan kedua tanaman itu tumbuh, baik gandum maupun lalang. Nanti, pada saat penuaian, akan terlihat jelas, mana gandum dan mana lalang. Gandum akan dimasukkan ke dalam lumbung, sedangkan lalang akan dibakar. Inilah masa penuaian itu, saat Anak Manusia mempersiapkan diri untuk menuai, dengan sebilah sabit tajam yang sudah siap di tangan-Nya.

Lalu keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci. Ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu: “Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi sudah masak.” Kemudian digambarkan bahwa Anak Manusia itu mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi dan bumi pun dituai.

Muncul lagi seorang malaikat lain yang keluar dari Bait Suci di Surga. Pada malaikat itu juga ada sebilah sabit tajam. Seorang malaikat lain datang dari mezbah; ia berkuasa atas api dan ia berseru dengan suara nyaring kepada malaikat yang memegang sabit tajam itu, katanya: “Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak.”

Akhirnya malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Tuhan. Buah-buah anggur itu dikilang di luar kota dan dari kilangan itu mengalir darah, tingginya sampai ke kekang kuda dan jauhnya dua ratus mil. Peristiwa ini akan semakin jelas, ketika kita membaca Wahyu 16. Ini adalah akhir dari masa kesusahan besar dan sepertinya akan terjadi peperangan yang sangat hebat.

Views: 24

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top