Wahyu 21:2-4
Di dalam doa Bapa Kami, ada menyatakan “di bumi seperti di surga.” Nampaknya, doa itu akan nyata pada saat hadirnya kota Yerusalem Baru yang turun dari Surga. Doa Bapa Kami diajarkan oleh Tuhan dalam rangkaian khotbah-Nya di bukit. Doa ini diajarkan, terutama kepada para murid Yesus Kristus pada waktu itu, salah satunya untuk berdoa supaya Kerajaan Surga turun ke bumi. Dengan demikian, maka kehendak Tuhan akan menjadi “di bumi seperti di Surga.”
Doa Bapa Kami juga menjadi antisipasi bagi orang-orang Yahudi pada waktu masuk masa kesusahan besar. Karena itu di dalam doa itu juga dinyatakan, “berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Doa Bapa Kami bukan hanya sekedar untuk dihafalkan. Di dalam doa tersebut, ada banyak hal yang juga bersangkutpaut dengan akhir zaman. Tuhan mengajarkan kepada para murid untuk mengharapkan kerajaan seribu tahun segera terjadi di bumi.
Di dalam 2 Petrus 3:10-12 dikatakan: Pada hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup, yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.
Di ayat ke-13, muncul tentang nubuatan: Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
Kemudian Yohanes mendengar suara yang nyaring dari takhta itu dan berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.” Tuhan tinggal bersama-sama dengan manusia. Sebenarnya kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali, Yesus disebut sebagai Imanuel, karena Tuhan memang sedang beserta dengan manusia.
Jika pada saat Yesus datang pertama kali, bangsa Yahudi mau menerima Dia menjadi Mesias, maka Imanuel itu benar-benar terjadi. Kerajaan seribu tahun tidak akan ditunda sampai setelah saat ini. Pada waktu Tuhan bersama-sama dengan umat-Nya, maka Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka. Di kerajaan seribu tahun, tidak ada lagi maut, tidak ada perkabungan dan ratap tangis, tidak ada dukacita. Segala sesuatu yang lama telah berlalu.
Saat ini kita akan sulit membayangkan kehidupan yang ada di dalam kerajaan seribu tahun. Kita termasuk yang lalu, masa lalu. Sedangkan orang-orang yang hidup di dalam kerajaan seribu tahun, mereka adalah orang-orang baru karena berada di bumi yang baru. Tuhan telah menjadikan segala sesuatu baru.
Hari ini kita sudah terbiasa melihat dan melakukan yang jahat. Kita terbiasa mengalami dukacita dan hidup dalam tangisan. Karena itu, kita sulit untuk membayangkan kehidupan di kerajaan seribu tahun. Kita mungkin tidak akan mengalami hal itu. Tetapi ada hal yang indah jika kita tetap percaya di dalam Tuhan. Kita akan ikut memerintah bersama dengan Yesus Kristus, pada saat kerajaan seribu tahun itu berlangsung.
Views: 21