Kehidupan di Kota Yerusalem Baru (Jelajah PB 1135)

Wahyu 21:15-27

Malaikat yang bersama-sama dengan Yohanes itu mempunyai tongkat pengukur dari emas, untuk mengukur kota itu beserta dengan pintu-pintu gerbangnya dan temboknya. Kota itu bentuknya empat persegi, panjang dan lebarnya sama. Malaikat itu mengukur kota itu dengan tongkat pengukur. Ukuran kota itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama. Ukuran ini setara dengan 1500 mil atau 2400km. Sepertinya kota ini mirip seperti kubus.

Kemudian malaikat itu mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta atau setara dengan enam puluh lima meter. Tembok itu diukur menurut ukuran manusia, yang sama dengan ukuran malaikat. Tembok itu terbuat dari permata yaspis. Kota itu sendiri dibuat dari emas tulen, bagaikan kaca murni.

Dasar atau pondasi dari kota itu terdiri dari batu-batu yang sangat berharga. Dasar yang pertama batu yaspis, dasar yang kedua batu nilam, dasar yang ketiga batu mirah, dasar yang keempat batu zamrud, dasar yang kelima batu unam, dasar yang keenam batu sardis, dasar yang ketujuh batu ratna cempaka, yang kedelapan batu beril, yang kesembilan batu krisolit, yang kesepuluh batu krisopras, yang kesebelas batu lazuardi dan yang kedua belas batu kecubung.

Dua belas pintu gerbangnya terbuat dari mutiara. Setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara. Jalan-jalan di kota itu terbuat dari emas murni, bagaikan kaca bening. Malaikat telah memberitahukan dan memperlihatkan semuanya ini kepada Yohanes dan Yohanes telah memberitahukannya kepada kita. Pasti pada waktu melihat semua ini, Yohanes teringat dengan Injil yang ia tulis, bahwa Tuhan Yesus sedang mempersiapkan tempat yang indah.

Yohanes tidak melihat Bait Suci di dalam kota Yerusalem Baru itu. Tuhan yang mahakuasa adalah Bait Sucinya. Bait Suci yang pernah berdiri di Yerusalem di bumi ini adalah gambaran dari takhta Tuhan maha kudus. Tidak dijelaskan bahwa di kota itu ada tempat tidur atau tempat makan, karena memang tubuh kebangkitan tidak memerlukan semua itu. Kota itu juga tidak memerlukan matahari dan bulan sebagai penerang. Kemuliaan Tuhan telah menerangi kota itu dan Anak Domba menjadi lampunya.

Bangsa-bangsa yang telah selamat akan berjalan di dalam cahayanya dan raja-raja di bumi akan membawa kekayaan mereka kepadanya. Orang-orang yang telah diselamatkan dan diangkat oleh Tuhan, tidak akan tinggal di bumi baru, tetapi tinggal di Yerusalem Baru. Di bumi baru masih akan ada pemerintahan, karena disebutkan masih ada raja-raja di bumi.

Pintu gerbang Yerusalem Baru tidak akan ditutup, karena memang tidak ada lagi malam. Bangsa-bangsa akan hormat kepada kita dan kepada Yesus Kristus. Bangsa-bangsa tidak bisa masuk ke Yerusalem Baru. Sepanjang masa pemerintahan kerajaan seribu tahun, tidak akan ada kenajisan, kekejian atau dusta. Hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba, yang bisa masuk ke kota Yerusalem Baru itu.

Views: 18

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top