1 Yohanes 3:4-6
Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Tuhan. Dosa adalah pelanggaran hukum Tuhan. Pelanggaran hukum Tuhan belum tentu dinilai oleh manusia sebagai pelanggaran secara manusia. Hukum negara jelas berbeda dengan hukum Tuhan. Karena itu banyak orang berkata bahwa dirinya tidak berdosa, karena kalau berdosa pasti sudah dipenjara. Hal ini yang perlu kita mengerti dengan baik. Misalnya, jika seseorang mencuri uang dengan jumlah sangat kecil, maka ia tidak akan dinilai melanggar hukum negara. Tetapi di hadapan Tuhan, hal itu sudah dianggap sebagai pelanggaran hukum Tuhan.
Adam dan Hawa melanggar hukum Tuhan, karena hukum pertama yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia adalah tidak diperbolehkan makan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat. Hukuman yang dijatuhkan oleh Tuhan bukan penjara, tetapi maut atau mati. Karena kasih Tuhan, maka Dia menyatakan diri sebagai manusia, supaya Ia menghapus segala dosa kita dan di dalam Dia tidak ada dosa. Yesus adalah pribadi yang tidak berdosa. Ia datang sebagai manusia yang tidak berdosa dan sudah disaksikan sendiri oleh rasul Yohanes.
Setiap orang yang tetap berada di dalam Yesus Kristus, tidak berbuat dosa lagi. Orang-orang yang tetap berbuat dosa, tidak akan melihat dan mengenal Dia. Ketika seseorang mengaku diri sebagai orang berdosa, menyesali dosanya dan percaya bahwa Yesus sudah menanggung semua dosanya, orang tersebut mendapatkan posisi sebagai orang kudus. Ini adalah posisi Yesus Kristus, posisi anak Tuhan. Roh Kudus masuk ke dalam hati orang yang percaya, sehingga hatinya kudus. Dengan posisi anak Tuhan dan hati yang kudus, maka hatinya tidak ingin berbuat dosa lagi. Tetapi dia bisa saja jatuh ke dalam dosa, karena memang masih hidup di dalam daging. Sebenarnya itu bukan keinginan hatinya, tetapi daging yang menariknya untuk berbuat dosa.
Karena itulah, orang percaya harus berjuang melawan keinginan daging. Kita harus berusaha untuk membangun karakter yang kudus. Kita juga perlu membangun kebiasaan yang baik di setiap langkah hidup kita. Dengan demikian, kita belajar untuk melakukan hal-hal yang benar. Ketika tubuh atau daging orang percaya mati dan digantikan dengan tubuh kebangkitan atau tubuh kemuliaan, maka orang percaya itu tidak akan berbuat dosa lagi.
Berbeda dengan orang yang tidak ada di dalam Yesus Kristus, kecenderungan hatinya memang ingin berbuat dosa. Bahkan mereka seringkali mencari cara untuk bisa melakukan dosa. Sebagai orang percaya, jangan sampai kita membenci sesama kita. Di pasal sebelumnya telah dijelaskan bahwa membenci akan berlangsung terus menerus. Membenci berbeda dengan marah, karena marah bisa selesai, sedangkan membenci bisa menjadi kebiasaan yang buruk. Marah sifatnya kedagingan dan sesaat. Marah tidak berdosa, jika memang ada hal yang patut untuk dimarahkan.
Tuhan Yesus sendiri pernah marah, ketika ada orang-orang yang mencoba untuk menghalangi orang lain berbakti kepada Tuhan. Tuhan Yesus marah karena bangsa-bangsa selain Yahudi tidak bisa berbakti di Bait Suci, karena pelataran yang biasa dipakai oleh mereka berbakti kepada Tuhan, digunakan untuk berdagang. Tetapi sebenarnya Yesus tidak membenci mereka. Setelah selesai marah, Yesus tidak mengungkit lagi tentang hal itu. Justru kemarahan Yesus itu yang dipakai untuk menuntut Yesus, yang akhirnya menjadi salah satu jalan untuk mengantar Yesus pada hukuman salib.
Views: 25