Yakobus 3:1-6
Yakobus menjelaskan bahwa setiap orang yang memiliki jabatan di jemaat atau gereja, akan dihakimi lebih berat, sesuai dengan tanggung jawab dari jabatan tersebut. Pada saat ini banyak orang yang senang dengan jabatan, tetapi bukan senang dengan tanggung jawabnya. Akhirnya mereka hanya suka pada wewenang atau kehormatan dari jabatan tersebut. Di manapun berada, jabatan sering disalahgunakan. Padahal jabatan itu bukan hanya dipertanggungjawabkan di hadapan manusia saja, tetapi nanti juga harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Guru juga harus menghayati kehidupan sebagai guru atau pengajar. Karena itulah Yakobus memberi peringatan kepada para guru di jemaat (Guru Injil atau pengkhotbah), supaya sungguh-sungguh dalam mengajar. Jika tidak demikian, maka ia akan dihakimi lebih berat, karena tanggungjawabnya lebih besar dari jemaat biasa.
Penghakiman tersebut akan mengukur tanggung jawab yang dilaksanakan. Kalau dia bertanggungjawab dengan baik, tentu ia akan mendapatkan upah yang lebih besar. Tetapi jika tidak bertanggungjawab dengan baik, maka ia juga akan mendapatkan hukuman yang berat. Tuhan adalah Hakim yang adil, maka Ia akan menghakimi sesuai dengan hati dan tanggung jawab orang tersebut. Ketika kita ingin menjadi pengajar, maka kita harus melakukannya dengan baik. Seorang pengajar yang baik akan mempersiapkan segala sesuatunya. Jika tidak mempersiapkan segala sesuatunya, ada kemungkinan bahwa yang diajarkan itu salah, sehingga bisa menyesatkan banyak orang.
Kita semua bersalah dalam banyak hal. Guru juga bisa salah berbicara, karena tugasnya adalah berbicara dan mengajar. Jika tidak ingin banyak melakukan kesalahan dalam berbicara, cara satu-satunya adalah tidak berbicara atau mengajar. Tetapi orang yang banyak berbicara, bisa banyak salah dalam pembicaraan tersebut. Orang yang tidak pernah salah dalam perkataannya, ia adalah orang yang sempurna. Orang yang bisa mengendalikan perkataannya, ia juga akan dapat mengendalikan seluruh tubuhnya. Perkataan atau pengajaran kita bisa saja menyinggung orang lain. Jika perkataan kita salah, maka kita harus mempertanggungjawabkan di hadapan manusia serta di hadapan Tuhan.
Karena itu, jika kita diberi kesempatan untuk mengajar atau berkata-kata, maka kita harus hidup dalam takut kepada Tuhan. Kita juga harus mengajar dengan penuh rasa tanggung jawab. Suatu hari, semua perkataan kita harus dipertanggungjawabkan. Dalam berkata-kata, kita menggunakan lidah. Yakobus menggambarkannya dengan mengendalikan kuda, yaitu dengan cara mengekang mulut kuda tersebut. Yakobus juga menggambarkannya dengan kapal yang besar, tetapi dikendalikan dengan kemudi yang berukuran kecil.
Lidah adalah salah satu anggota kecil dari tubuh, tetapi dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Yakobus sedang memberi nasihat khusus kepada guru dan kepada para pengajar, supaya mereka berhati-hati dengan perkataan yang dipakai untuk mengajar. Seorang guru harus bisa mengendalikan lidahnya, supaya hanya mengajarkan hal-hal yang benar, yang sesuai dengan firman Tuhan. Yakobus juga menggambarkan lidah itu seperti api yang kecil, yang memiliki potensi untuk membakar hutan yang besar. Lidah juga demikian, memiliki potensi untuk menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan, yang dinyalakan oleh api neraka.
Views: 26