Sunat Sebagai Tanda Perjanjian (Jelajah PB 929)

Ibrani 8:3-8

Sebagaimana tata cara keimamatan di bumi, seorang imam harus mempersembahkan korban. Karena itu, Tuhan Yesus juga harus memiliki sesuatu untuk dipersembahkan. Jika Yesus Kristus masih di bumi, Dia tidak akan menjadi Imam, karena Dia memang bukan keturunan Harun atau keturunan suku Lewi. Di bumi sudah ada orang-orang yang mempersembahkan menurut hukum Taurat. Pelayanan para imam di bumi ini merupakan gambaran dan bayangan dari apa yang ada di surga, sama seperti yang pernah diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah.

Jika seseorang tidak memahami bahwa sejak Yohanes Pembaptis muncul dan menunjuk kepada Yesus Kristus, semua bentuk ibadah simbolik sudah selesai, maka orang tersebut akan melakukan hal-hal yang salah, meskipun ditujukan untuk Tuhan. Saat ini memang banyak orang yang tidak mengerti atau tidak mau mengerti tentang perubahan dari sistem ibadah simbolik kepada ibadah hakikat. Bahkan ada saja orang-orang yang menambahkan simbol-simbol lain di dalam ritual keagamaan di gereja. Yang tidak pernah dilakukan di Perjanjian Lama pun dilakukan di masa sekarang.

Tuhan Yesus mendapatkan pelayanan yang jauh lebih agung dari ibadah yang ada di muka bumi ini. Tuhan Yesus menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi. Kita adalah imam dan Tuhan Yesus sebagai Imam Besar. Salah satu tugas kita adalah membawa orang-orang yang belum mengenal Yesus Kristus untuk mengenal-Nya, orang-orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus, supaya percaya kepada-Nya. Kita bukan imam atas orang Kristen yang lain, tetapi kita menjadi imam atas mereka yang belum mengenal dan percaya kepada Tuhan. Tugas kita adalah membawa mereka supaya berdamai dengan Tuhan. Keimamatan kita juga merupakan keimamatan yang spesial, karena kita menjadi imamat yang rajani. Keimamatan yang ada pada kita bukan menurut peraturan Harun.

Sangat indah jika semakin hari semakin banyak orang Kristen yang mengerti kebenaran ini. Kebenaran ini perlu disebarkan dan diajarkan, supaya banyak orang bisa melaksanakan segala sesuatu yang diinginkan oleh Tuhan. Jika perjanjian yang pertama itu tidak cacat, maka tidak akan ada lagi perjanjian selanjutnya. Tuhan sendiri pernah menegor dan memberikan janji baru sesuai dengan nubuatan nabi Yeremia.

Janji yang lama pernah disepakati, tetapi bangsa Israel telah mengingkari janji tersebut. Sebenarnya Tuhan memiliki wewenang dan otoritas untuk menghukum umat yang telah mengingkari janji. Tetapi Tuhan memilih untuk membuat janji yang baru, memperbaharui janji yang pernah diingkari oleh manusia tersebut. Bangsa Yahudi pernah menerima janji Tuhan melalui Abraham, yang ditandai dengan sunat. Tuhan pernah berjanji kepada Abraham bahwa Ia akan menjadi Tuhan bagi keturunan Abraham. Abraham dan keturunannya akan menjadi umat Tuhan. Janji ini digunakan untuk membangun sebuah bangsa yang bertugas untuk menjaga ibadah simbolik sampai Yang Disimbolkan tiba. Bangsa Yahudi diharapkan setia menjaga ibadah simbolik tersebut, yang artinya sama dengan setia kepada Tuhan. Perjanjian itu tidak ditandai dengan surat perjanjian seperti yang berlaku saat ini, tetapi ditandai di badan orang tersebut, yaitu sunat.

Views: 39

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

2 thoughts on “Sunat Sebagai Tanda Perjanjian (Jelajah PB 929)”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *