Ibrani 12:11-17
Pada waktu ganjaran diberikan, tidak akan mendatangkan sukacita. Tidak ada anak yang ditegur dan diberi disiplin bisa bersukacita. Anak akan berdukacita dan itu adalah hal yang biasa. Yang terpenting ganjaran itu akhirnya menghasilkan kebenaran yang memberikan damai kepada semua orang yang mendapatkan kesempatan menerima ganjaran. Anak yang bertumbuh dengan baik adalah anak yang dididik dengan baik juga. Untuk menghadapi semuanya itu dengan baik, maka kita harus menguatkan tangan yang lemah serta menguatkan lutut yang goyah. Kita harus maju, meluruskan jalan bagi kaki kita, supaya yang pincang tidak terpelecok, tetapi menjadi sembuh.
Orang yang sudah diselamatkan harus bertumbuh di dalam iman. Kita masuk dalam pertandingan yang diwajibkan. Kita berusaha untuk hidup damai dengan semua orang serta mengejar kekudusan. Di dalam Roma 12:18 dikatakan, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” Tetapi seringkali situasi di masyarakat tidak tergantung kepada kita. Seringkali kita mau hidup damai, tetapi ternyata orang lain tidak mau berdamai dengan kita. Tetapi jika kondisi damai itu tergantung pada kita, maka kita bisa menciptakan damai itu di masyarakat. Memang orang Kristen seharusnya bukan pembuat masalah.
Tanpa kekudusan, tidak ada seorang pun akan melihat Tuhan. Hal ini menjadi alasan tidak semua orang bisa masuk ke surga, karena Tuhan maha kudus. Manusia berdosa dan mereka bisa masuk ke surga jika dosa tersebut telah diselesaikan. Dosa tidak bisa diselesaikan dengan amal atau menyumbang sesuatu. Jika demikian, maka orang kaya akan lebih mudah untuk menyelesaikannya. Dosa hanya bisa diselesaikan dengan penghukuman. Yesus Kristus datang dan dihukumkan menggantikan manusia yang seharusnya mendapatkan hukuman. Seseorang harus mengaku diri sebagai orang berdosa, menyesali keberdosaannya, bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus. Kita percaya kepada Yesus Kristus yang telah menggantikan kita dihukum.
Setelah kita bertobat dan percaya kepada Yesus, maka kita harus bisa menjaga diri. Jangan sampai kita menjauhkan diri dari kasih karunia Tuhan. Jangan kita menumbuhkan akar pahit yang bisa menimbulkan kerusuhan dan mencemarkan banyak orang. Paulus memberi peringatan supaya jangan ada memiliki keinginan rendahan seperti Esau, yang telah menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Jika iman seseorang menjadi lemah, mereka akan mudah terbawa pengaruh yang tidak baik. Bahkan yang lebih parah, mereka tidak bisa menghargai kasih karunia yang telah diberikan oleh Tuhan. Sama seperti Esau yang tidak menghargai hak kesulungan yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya.
Pada waktu itu, Yakub yang sangat merindukan perkara rohani. Ketika Esau lelah dan kelaparan setelah pulang dari berburu, dia menginginkan makanan yang ada pada Yakub. Yakub memanfaatkan kesempatan itu, menukarkan kacang merah itu dengan hak kesulungan yang dimiliki oleh Esau. Jangan sampai kita menjadi seperti Esau, yang lebih mementingkan perkara duniawi daripada perkara rohani. Ketika hendak menerima berkat, Esau ditolak. Ia tidak mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, meskipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
Views: 28