Kolose 3:3-6
Memikirkan perkara di atas tidak berarti bahwa kita boleh bermalas-malasan ketika hidup di dunia ini. Jika hal ini terjadi, justru kehidupan kita akan kacau. Ketika kita memikirkan perkara-perkara di atas, justru kita akan giat dan rajin bekerja di dunia ini. Orang percaya, selain ia bekerja untuk menghidupi keluarganya, ia juga perlu ambil bagian dalam membiayai pelayanan dan pemberitaan Injil di dunia ini. Dengan ikut ambil bagian dalam pemberitaan Injil melalui uang persembahan kita, itulah yang disebut dengan memikirkan perkara di atas. Sedangkan memikirkan perkara-perkara di bumi lebih kepada mencari kesenangan di bumi ini sampai lupa memikirkan pelayanan dan pemberitaan Injil.
Sekali lagi kita harus bisa menyadari bahwa diri kita sudah mati. Hidup kita bersembunyi bersama dengan Kristus. Artinya, kita berada di dalam Yesus Kristus. Ketika nanti Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya kembali di dunia ini, maka kita pun akan menyatakan diri bersama-sama dengan Dia di dalam kemuliaan. Paulus menyinggung mengenai hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Tujuh tahun sebelum Tuhan Yesus datang dan menyatakan diri-Nya, ia akan mengangkat orang-orang percaya untuk bertemu dengan Dia di angkasa. Tujuh tahun kemudian setelah itu, barulah kita ikut menyatakan diri bersama-sama dengan Yesus Kristus. Hari itulah yang dinanti-nantikan oleh orang percaya, sebagai sebuah pengharapan kehidupan kekal bersama Yesus Kristus dalam kemuliaan-Nya. Ketika kita diangkat oleh Tuhan Yesus ke angkasa, tubuh kita akan diubahkan menjadi tubuh kemuliaan.
Ketika kita percaya kepada Tuhan, kita sudah terdaftar sebagai warga kerajaan Surga. Kita sebenarnya adalah manusia rohani yang masih hidup di dalam tubuh dan dunia ini. Karena itulah Paulus memberi nasihat kepada kita supaya mematikan semua dalam diri kita yang bersifat duniawi, yaitu: percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala. Keserakahan disamakan dengan penyembahan berhala, karena ada banyak orang yang ingin kaya secara cepat dengan melakukan ritual penyembahan berhala. Orang melakukan itu bukan karena mengasihi berhalanya atau mencintai dewa dewi yang disembah. Mereka melakukan itu karena tamak dan serakah, ingin mementingkan diri sendiri, untuk menyenangkan diri sendiri.
Kita juga harus berhati-hati, jangan sampai memiliki sikap atau sifat serakah. Jangan sampai kita memakai gereja atau Yesus untuk mendapatkan kekayaan materi. Jangan sampai kita rajin ke gereja hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani kita. Jika kita melakukan hal tersebut, maka kita tidak ada bedanya dengan penyembah berhala yang serakah. Ada orang yang sebenarnya tidak mengasihi Tuhan, tetapi mengasihi dan mencari berkat-Nya saja. Jika hal itu kita lakukan, maka kita disebut sebagai orang-orang durhaka dan akan mendatangkan murka dari Tuhan.
Karena itu, kita harus melihat kembali motivasi kita menyembah Tuhan dan rajin ke gereja atau pelayanan. Yang paling utama yang menjadi tujuan kita adalah mengasihi dan memuliakan Tuhan. Berkat materi seharusnya adalah hal yang kemudian, lebih bersifat perlengkapan atau operasional. Bahkan seandainya Tuhan tidak memberkati kita secara materi, maka hal tersebut seharusnya tidak menyurutkan kita untuk tetap mengasihi Tuhan. Sadrakh, Mesakh dan Abednego pernah menyatakan iman mereka kepada Tuhan di hadapan raja Nebukadnezar di dalam Daniel 3:17-18, “Jika Allah kami yang kamu puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”
Views: 1