Peraturan Semu (Jelajah PB 796)

Kolose 2:18-23

Jika kita bisa beribadah langsung kepada Tuhan, maka kita tidak perlu beribadah kepada malaikat. Malaikat yang telah memberontak kepada Tuhan akan terus mengelabuhi manusia, dengan berbagai penglihatan-penglihatan yang bersifat supranatural. Orang-orang yang mendapat penglihatan tersebut akan membesar-besarkan cerita, sehingga membuat orang-orang terpengaruh dengan apa yang dikatakannya. Apa yang dilihat dan diceritakan itu tentu bukan dari Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang tidak sungguh-sungguh di dalam Tuhan, tidak terikat dalam pertumbuhan ilahi. Mereka berkanjang atau beralih kepada penglihatan-penglihatan yang diberikan oleh Iblis yang telah memberontak itu.

Rasul Paulus sedang menasihati jemaat Kolose yang pada waktu itu menghadapi ajaran sesat. Ajaran sesat itu berisi filsafat-filsafat tradisional setempat. Ada juga pencampuran dengan filsafat Yudaisme. Intinya, pengajaran sesat itu bisa bercampur aduk dengan ajaran yang lain. Tetapi ajaran yang benar seharusnya tidak bercampur. Yang benar dan yang alkitabiah hanya satu. Tidak ada dua kebenaran di dunia ini. Jika ada dua kebenaran yang sedang muncul, maka harus diuji dan pasti tidak semua benar. Jika ada dua hal yang bertentangan, maka tidak mungkin keduanya adalah kebenaran. Orang Kristen seharusnya adalah orang yang cinta kebenaran. Ia suka mendiskusikan segala sesuatu untuk mencari kebenaran.

Jika kita sudah mati bersama Yesus dan telah bebas dari roh-roh dunia ini, kita tidak perlu takut dan menaklukkan diri pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kita masih hidup di dunia, padahal sebenarnya sudah mati bersama Yesus Kristus. Ada banyak aturan atau kebiasaan di dunia ini yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Ada orang yang takut terhadap angka tertentu, hari tertentu, warna tertentu, dll. Kita semua sudah menang di dalam Tuhan, sudah merdeka. Semua peraturan dunia itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.

Segala peraturan yang ada, meskipun sepertinya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi. Misalnya dalam acara pemakaman salah satu keluarga yang meninggal, ada banyak hal yang perlu dilakukan, dengan berbagai macam tradisi dan tata cara yang sering kali tidak masuk akal. Padahal upacara pemakaman bisa dilakukan dengan cara sederhana, tanpa perlu berbagai macam persyaratan yang justru membuat keluarga menjadi makin terbeban. Ada saja adat atau tradisi pemakaman yang mahal, yang justru membuat keluarga makin sedih dan tidak berdaya.

Orang Kristen tidak perlu melakukan hal-hal seperti ini. Yang terpenting orang yang meninggal tersebut dimakamkan dengan hormat. Kita tidak perlu memperebutkan orang yang sudah meninggal, karena yang terpenting jiwanya sudah diselamatkan. Memang seringkali kebiasaan-kebiasaan tersebut membuat kita dalam posisi bersalah, karena jika tidak melakukannya maka kita akan mendapatkan hukuman sosial. Kita bisa dianggap tidak beradap atau tidak menghormati tradisi nenek moyang Tetapi, semuanya itu tidak ada gunanya sama sekali. Tidak ada gunanya menyiksa diri sendiri. Jangan sampai kebebasan dan kemerdekaan kita dibatasi kembali. Kita bisa belajar untuk menjelaskan iman kita, bahwa kita tidak terikat lagi dengan hal-hal demikian, meskipun kita sering mendapatkan teror dengan cara ditakut-takuti.

Views: 2

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top