Filipi 1:15-20
Ternyata waktu itu ada orang yang memberitakan Injil karena dengki dan perselisihan, tetapi ada pula yang memberitakan Injil dengan maksud baik. Yang bermaksud baik, mereka memberitakan Kristus karena kasih. Mereka mengetahui bahwa Paulus ada di dalam penjara karena membela Injil. Sedangkan yang bermaksud tidak baik, mereka memberitakan Injil karena kepentingan sendiri dan dengan maksud yang tidak ikhlas. Mereka berharap supaya bisa memperberat beban Paulus di dalam penjara. Justru yang mereka lakukan, tetap membuat Yesus Kristus dikenal, meskipun dengan maksud yang tidak baik.
Bagi Paulus, hal tersebut tidak menjadi masalah. Entah dengan maksud jujur atau palsu, yang paling penting Kristus diberitakan. Tentang hal itu, Paulus tetap bersukacita. Yang perlu kita ketahui, pada waktu itu isi berita yang disampaikan itu benar, hanya diberitakan dengan maksud yang salah. Bisa dibayangkan, mereka berkata: “Paulus ini menyembah Yesus Kristus sebagai Tuhan dan tidak mau menyembah kaisar.” Ini yang disebut dengan isi berita benar, tetapi disampaikan dengan maksud supaya Paulus semakin diberi hukuman berat. Berbeda dengan zaman sekarang, yang seringkali muncul ajaran sesat dengan isi berita yang salah tetapi dengan maksud yang benar. Dengan hal yang seperti ini, kita tidak bersukacita.
Jika ada orang memberitakan Injil dengan isi yang benar tetapi motivasinya salah, tidak masalah bagi kita. Tetapi jika ada orang memberitakan Injil dengan isi yang salah meskipun dengan motivasi yang benar, itu bisa menyesatkan. Jika hari ini banyak penyesatan, seharusnya kita tidak bersukacita. Kita perlu meluruskan semuanya itu, dengan pengertian yang benar. Apapun yang terjadi pada Paulus pada waktu itu, Paulus tahu akan akhir dari semuanya. Paulus berkeyakinan bahwa ia selamat secara tubuh karena doa dari jemaat Filipi dan selamat secara jiwa karena pertolongan Roh Yesus Kristus.
Yang sangat dirindukan dan diharapkan oleh Paulus ialah bahwa dalam segala hal ia tidak akan dipermalukan. Paulus ingin supaya Kristus dimuliakan melalui tubuhnya, baik dalam keadaan hidup maupun mati. Dalam segala keadaan, kita tidak perlu malu dan tidak mempermalukan Tuhan. Kita perlu bertahan dan setia sampai mati, supaya hidup memuliakan Tuhan dan mati pun memuliakan Tuhan. Jika kita hidup, kita memuliakan Tuhan, menjadi saksi bagi Tuhan, menjadi orang Kristen yang baik dan hidup bagi Tuhan. Jika kita mati, itu pun dalam keadaan memuliakan Tuhan.
Biasanya, ketika manusia dalam kondisi sakit parah, akan banyak goncangan dan godaan iman. Ada banyak tawaran yang seringkali menjauhkan diri dari iman kekristenan. Hanya karena ingin sembuh (untuk sementara waktu) apa saja yang ditawarkan oleh orang lain, ingin dicoba. Bahkan tawaran ke dukun pun dicoba juga. Mungkin ketika hidup, sudah memuliakan Tuhan begitu lama. Tetapi di saat akhir hidupnya, justru terjerumus untuk tidak memuliakan Tuhan dan mengandalkan selain Tuhan. Karena itulah, kita perlu berkomitmen supaya ketika hidup kita memuliakan Tuhan, mati pun memuliakan Tuhan.
Hal ini sangat penting, supaya kita bertahan dalam penderitaan menjelang kematian. Jika Tuhan menginginkan kita mati cepat, kita pun tidak perlu marah kepada Tuhan. Jika kita percaya kepada Tuhan, maka kita pasti masuk Surga. Jika Tuhan sudah menyertai kita, maka kita pun tidak perlu khawatir dengan keluarga yang kita tinggalkan, karena Tuhan pasti juga menyertai.
Views: 1